“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
Hati adalah sasaran pandang Allah. Tak peduli sebanyak apapun amalan lahiriyahnya jika tidak disertai dengan amalan hati dan bersinarnya hati maka semua amalan itu akan sia-sia saja.
Apa artinya shalat beribu kali jika tanpa disertai hati yang penuh keberserah dirian kepada-Nya?
Apa makna ribuan takbir di lisan jika tak ada ketakjuban di hati kepada kebesaran-Nya?
Apa nilai milyaran sedekah kita jika tidak disertai dengan sebuah ketundukan dan kebersyukuran dari dalam lubuk hati kita kepada-Nya?
Pada akhirnya kita harus bisa melihat bahwa apapun yang Dia hadirkan, baik itu episode kesenangan maupun kesedihan dalam hidup, baik dan buruk, lapang dan sempit, sehat dan sakit semua itu untuk membentuk hati yang mencintai-Nya dalam setiap keadaan. Hati yang bersyukur dan memuja-Nya atas semua pilihan takdir yang Dia turunkan dari saat ke saat. Sehingga si hamba menapaki aliran ketetapan hidupnya dengan suka cita (tau'an) yang hanya dengan itu maka tujuh langit lapisan qalb dalam jiwanya akan dikembangkan.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Lalu, Dia menjadikan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang paling dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang sebagai penjagaan (dari setan). Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
- QS Fussilat [41]: 11-12
Dalam setiap pengembangan langit qalb itulah ma'rifat seseorang akan Rabbnya akan bertambah. Dan seiring dengan bertambahnya pengetahuan kepada-Nya akan bertambah pula kecintaan kepada-Nya sehingga ia akan menjadi hamba yang memuja-Nya dengan dalam. Dan bukanlah untuk itu kita dicipta? Untuk semakin mengenal-Nya? Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang tertuang dalam hadits qudsiy,
"Aku adalah khazanah yang tersembunyi (khanzun mahfiy), Aku cinta untuk dikenal karena itu Aku ciptakan makhluk supaya Aku diketahui."