Kalau kita memakai sesuatu yang bukan milik kita itu namanya meminjam. Badan kita bukan milik kita, kita dilahirkan ke dunia ini dipinjami semuanya oleh Sang Maha Pencipta. Nah, seiring dengan kelahiran kita terciptalah jaring-jaring yang menghubungkan antara beberapa makhluk yang dipinjamkan-Nya kehidupan. Ada yang bernama ayah, ibu, kakak, saudara kemudian nanti beranjak ke episode pasangan hidup, anak, cucu dst. Ada juga jaring-jaring penunjang kehidupan yang dinamakan pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan, bakat dan milyaran bahkan tak terhitung ragam pinjaman yang Gusti Allah berikan kepada makhluknya yang bernama manusia.
Kalau kita dipinjami sesuatu, adalah hal yang sangat wajar bila sang pemilik menerapkan suatu aturan untuk menjaga barangnya. Misalnya dalam bentuk zakat dan infaq dari setiap harta yang dipinjamkan, menggunakan otak kita untuk merancang sesuatu yang maslahat sebagai bentuk shodaqoh dan rasa syukur dipinjami akal yang baik, menggunakan seluruh anggota tubuh dan menjaganya dengan baik dan bahkan hadits meriwayatkan bahwa setiap ruas tulang dalam tubuh kita yang berjumlah 360 buah itu diminta shodaqohnya setiap hari - yang bisa dibayar lunas dengan mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.
Dari masa ke masa, manusia selalu mencari cara untuk menghubungkan dirinya dengan Sang Pencipta yang berkenan meminjamkan segalanya. Berbagai bentuk peribadatan sebagai ekspresi rasa syukur masih terpelihara ragamnya hingga sekarang. Setiap orang punya jalannya masing-masing, kita harus hargai itu.
Kembali bicara tentang pinjaman. Ciri khusus barang pinjaman adalah semua punya jangka waktu terbatas untuk digunakan. Badan kita akan menua dan mati, kepintaran otak kita sangat rentan dimakan rayap usia dan lupa, kekuatan tubuh kita terbatas, harta kita bisa diminta kembali oleh Yang Punya melalui berbagai cara; usaha rugi, keluarga sakit, tertipu, dicuri, terbakar dll. Pasangan kita bisa tiba-tiba dipanggil pulang menghadap-Nya, anak kita bisa dibuat tinggal di belahan dunia yang jauh. Apapun dalam hidup ini bersifat fana, pasti rusak dan terpisah dari kita. Jika kita sadar bahwa semua ini hanya titipan-Nya, hati lebih tenang menghadapi sekian banyak dinamika dan kejutan kehidupan. Ringan saja hatinya memberikan kembali apa yang Dia minta. Namanya juga pinjaman...
No comments:
Post a Comment