"Kalau mau lihat neraka, maka lihatlah hatimu.
Demikian pun kalau mau melihat surga, lihat pula hatimu." Begitu pesan guru saya. Beliau membantu saya melihat kehidupan dengan cara pandangan yang lebih benar. Bahwa jika isi pikiran dan hati kita baik maka kita akan mampu melihat keindahan hidup bahkan di tengah ujian dan kesempitan kehidupan sekalipun.
Saya memang merasakannya, kerap kali kalau pikiran dan hati saya merespon dengan kurang tepat ada semacam bisikan dari hati nurani yang mengatakan bahwa itu tidak baik. Dan kalau saya tetap bersikeras memenangkan hawa nafsu saya maka biasanya ada saja kesialan dalam hidup yang terjadi. Mulai dari kepala terbentur lemari, jari teriris pisau, tiba-tiba anak sakit, suami berulah, dapat kabar tidak mengenakkan dari tanah air, suasana kerja dibuat menyesakkan dll. Intinya hidup sekitar kita sebenarnya mencerminkan gejolak yang ada di hati dan pikiran kita sendiri. Tapi sebaliknya, ketika saya mencoba menerima keadaan apa adanya, with no judgment, dan sebanyak mungkin meraup cahaya ke dalam hati dengan berdzikir maka situasi berat yang sama sekalipun dapat dihadapi dengan hati yang tenang. Aneh bin ajaib. Raga memang bisa sakit atau lelah, tapi hati bahagia dan tenang. Hidup jadi terasa indah bahkan di tengah hujan badai sekalipun.
Saya menjadi belajar untuk menghargai hal-hal kecil yang sebenarnya tidak kecil sama sekali dalam kehidupan. To count our blessings. See the bright side. Saya bertekad kalaupun saya masih pontang-panting belum memahami cara Dia mengatur semesta kehidupan ini, setidaknya saya tidak mau memiliki setitikpun prasangka buruk di hati ini kepada-Nya. Dia yang mendatangkan semua hal dalam kehidupan ini dengan menggerakkan semua ciptaan-Nya.
Saya pun bertekad bahwa saya ingin menjadi orang yang bebas. Tidak ingin membiarkan diri terbelenggu pada kenikmatan dan kebahagiaan yang bersyarat. Yang kalau kita belum punya ini atau belum mencapai itu hidup kita seakan less perfect. I want to see the perfectness in every second of my life. Karena Dia sungguh Maha Sempurna. Dan tak ada ciptaan-Nya yang cacat. Adalah cara pandang kita terhadap dunia yang membuat kita mengkotak-kotakkan keadaan. Seakan Tuhan hanya ada pada satu pengelompokkan tertentu saja.
Dan ya, saya yakini surga dan neraka itu bukan hanya sesuatu yang akan kita hadapi nanti. Akan tetapi kita tengah membangun surga atau neraka kita pada setiap respon yang diberikan dalam kehidupan. Saya jadi ingat sebuah kisah tentang seseorang yang diberi pengalaman untuk melihat keadaan neraka. Setiba disana ia bingung, karena dalam benaknya neraka adalah tempat yang mengerikan dengan orang menjerit-jerit di tengah bara api yang derajat neraka paling ringan saja konon bisa membuat otak seseorang mendidih. Tapi saat itu ia hanya melihat sebuah tempat yang sangat luas tanpa sebuah nyala apipun ada di dalamnya. Dalam kebingungan itu ia bertanya kepada sang malaikat penjaga neraka. "Wahai malaikat, apakah ini betul tempat yang dinamakan neraka? Mengapa aku tidak melihat api di dalamnya?" Sang malaikat berkata, "Api apa yang kau maksud? Inilah neraka, adapun api yang ada adalah karena ia dibawa oleh orang yang memasukinya."
Na'udzubillahimindzaalik...
No comments:
Post a Comment