Kadang kita lupa
Kalau kita hidup di samudera keajaiban
Seiring dengan bertumbuh dewasa.
Kita jadi tak mudah lagi terpesona oleh banyak hal.
Sudah makin penuh pikiran kita dijejali oleh waham,
pandangan yang salah tentang kehidupan.
Kita kehilangan kepolosan anak kecil yang selalu terpana dengan segala sesuatu di sekitarnya.
Semakin dewasa kita menjadi terikat dengan waham sebab-akibat.
Lupa kalau Allah kuasanya melampaui hukum sebab-akibat.
Akibatnya kita terpuruk sendiri
Menghinakan diri, bersimpuh di depan dunia
Lupa bahwa dunia pun makhluk-Nya yang tunduk pada perintah-Nya semata.
Karenanya kita jarang melihat keajaiban
Padahal dia ada di mana-mana
Di senyuman manis anak kita,
Di sentuhan sayang orang yang mengasihi kita
Di tetes-tetes air hujan yang jatuh dari langit
Dan ya, di balik segala ujian dan musibah sekalipun ada sebuah keajaiban yang harus kita gali untuk melihatnya.
Agar kita jadi hamba-Nya yang bersyukur.
Dan betapa tidak mudahnya jadi orang yanh bersyukur.
Iblis sudah berjanji akan mendatangi manusia dari arah depan-belakang-kiri dan kanan dan berhasil membuat sebagian besar manusia tidak bersyukur.
Kita dalam sebuah keterkepungan dari empat arah.
Seakan tak berkutik menghadapinya.
Kita lupa bahwa ada arah lain yang bisa kita ambil untuk keluar dari keterkepungan itu.
Itulah arah vertikal
Agar terhubung dengan Allah Ta’ala.
Ketika pintu langit itu terbuka, pancaran sinar-Nya akan mencahayai kehidupan kita
Di setiap langkah dan koordinatnya
Dan kita mulai terpana
Karena bisa lagi menyaksikan keajaiban itu…
Amsterdam, 17 November 2023 / 3 Jumadil Awwal 1445 H
Foto: pantulan cahaya lampu di malam hari pada sebuah musim gugur di Reigerbos
No comments:
Post a Comment