Saturday, April 5, 2025

 Orang yang ingin tahu masa depan adalah tanda tidak ridho dengan hari ini.

- Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya


Orang yang ingin tahu masa depan dan percaya ramalan ini dan itu tanda dia kehilangan hari ininya. Sedemikian rupa hingga dia mencoba mengintip tulisan takdir yang belum terjadi. Setidaknya ada dua kerugian bagi mereka yang percaya ramalan, yaitu kehilangan waktu bersyukurnya saat ia sibuk mencoba membaca masa depannya dan yang kedua apa-apa yang dia percayai belum tentu terjadi dan kalaupun terjadi itu tidak menambah ketakjubannya kepada Allah karena lebih kagum dengan keakuratan sang tukang ramal tersebut.

Makanya Rasulullah SAW melarang seseorang mendekati ramalan, sedemikian keras larangannya sampai shalat seseorang - yang merupakan ubudiyah personal antara seorang hamba dan Tuhannya menjadi tertolak selama 40 hari lamanya. Jangka waktu rata-rata untuk sel-sel tubuh berubah menjadi sel-sel baru.

Dari Shafiyyah bin Abi Ubaid, dari salah seorang isteri Nabi diriwayatkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi peramal, menanyakan kepadanya sesuatu, lalu mempercayainya, shalatnya tidak akan diterima empat puluh hari lamanya.”

Ketidaktahuan adalah bagian dari perjalanan kehidupan. Bahkan mengimani kegaiban adalah salah satu tanda orang yang taqwa. 

Alif laam miim

Itulah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, (ia merupakan)  petunjuk bagi orang-orang yang taqwa.

(Yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka.  

QS Al Baqarah [2]:1-3

We do need to learn to sit with the unknown...
Amsterdam, 5 April 2025

Tanda diri masih bodoh...

 Orang yang bodoh itu bukan yang hanya berpendidikan rendah.

Orang yang bodoh itu bukan orang yang tidak bisa menjawab 1001 pertanyaan quiz tentang dunia dan kehidupan.

Orang yang bodoh itu bukan orang yang tidak bisa berbahasa asing.

Semua itu bisa dipelajari, hanya masalah waktu.

Istilah bodoh adalah "jahlun" dalam Al Quran. Tokoh yang berbuat kebodohan dalam sejarah di zaman Rasulullah SAW adalah Abu Jahal, bapaknya kebodohan. Bukan berarti dia tidak berpendidikan tinggi, bukan berarti dia miskin, tapi bodoh adalah mereka yang dikuasai oleh hawa nafsunya. 

Mengutip Syaikh Ibnu 'Athaillah dalam Al Hikam, 

"Dan sungguh engkau bersahabat dengan seorang yang bodoh tapi tidak ridha dengan hawa nafsunya adalah lebih baik bagimu daripada engkau bersahabat dengan seorang yang alim tapi ridha dengan hawa nafsunya. - Maka ilmu orang alim yang mana yang membuat ia ridha dengan hawa nafsunya? Dan kebodohan seorang bodoh yang mana yang membuat ia tidak ridha dengan hawa nafsunya?."

Artinya tidak ada orang yang alim kemudian mengikuti hawa nafsunya. Dan orang alim atau berilmu disini konteksnya adalah cahaya. Hawa nafsu adalah kegelapan. 

Seseorang bisa saja gelar akademiknya tinggi dan berendeng tapi kalau masih sombong, mudah tersinggung dan emosian jelas ia masih ditundukkan oleh hawa nafsunya. Karena tanda paling jelas dari orang yang masih menggurita hawa nafsunya adalah egonya yang demikian tinggi. Selalu ingin dihormati, susah berbeda pendapat, selalu ingin dinomorsatukan, gengsian, mudah marah dll.  Tanda dirinya secara hakiki masih bodoh. Jahil...

Amsterdam, 5 April 2025

Sadari bahwa anak kita adalah cermin kita sendiri

 Anak adalah bagaikan sebuah cermin yang menampilkan realitas orang tuanya. 

Kebaikan dan keburukan yang ditampilkan anak adalah cermin dari kebaikan dan keburukan dalam diri orang tuanya. Itu adalah pertolongan dari Allah agar kita bisa bercermin, saking tidak mudahnya meneropong ke dalam diri sendiri. Karena itu harus banyak merenung dalam menghadapi kelakuan anak. Alih-alih hanya memandang ke luar dan menyalahkan ini itu sambil kehilangan kesempatan untuk meraih hikmah dari pembelajaran yang tengah Allah berikan.

Kuncinya, hadapi dengan sabar dan shalat, seperti yang difirmankan Allah Ta'ala dalam Al Quran. Itu kunci menghadapi kehidupan agar kita tidak kehilangan orientasi dan salah langkah dalam berjalan. []

Amsterdam, 10.03 pagi hari yang cerah di musim semi

5 April 2025 / 7 Syawwal 1446 H

Wednesday, April 2, 2025

Karena setiap detil kehidupan sudah Dia aturkan

 "..dan tiada sehelai daun pun yang  gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)"

 QS Al An'aam: 59

Apa signifikansi sehelai daun yang jatuh di tengah hutan belantara sana dengan kehidupan kita? Mengapa Allah Ta'ala menyatakan kalimat ini dalam kitab suci yang menjadi panduan kehidupan kita?

Jika satu helai daun saja adalah dalam pengetahuan-Nya, bayangkan hal-hal lain dalam kehidupan juga pasti dalam kendali dan ilmu-Nya. Dan satu pohon kira-kira memiliki rata-rata 200.000 helai daun. Di bumi ini, kira-kira ada sekitar 3 trilyun batang pohon. Silakan hitung pemantauan Allah Ta'ala atas setiap helai daun saja. Apalagi manusia. Makhluk yang diciptakan katanya yang paling mulia, tapi dimana letak kemuliaannya? Al Quran menjawab itu semua, apa makna menjadi seorang insan. 

Kembali ke permasalahan daun yang jatuh. Seluruh gerak kehidupan kita pun ada dalam pantauan dan kendali Allah. Kenapa kita lahir di orang tua yang itu, lalu mengalami sekian episode kehidupan. Di skala hari ini saja, kenapa si A mengirim pesan demikian, kenapa si B berkata demikian. Semua gerak semesta alam di sekitar kita adalah "daun-daun yang jatuh". Dia mengetahuinya. Artinya semua terjadi dengan izin-Nya. Dan kalau Allah Sang Maha Pengasih mengizinkan sesuatu terjadi, pasti ada kebaikan di dalamnya. Walaupun kebaikannya belum tentu dapat kita rasakan atau belum dapat dilihat per saat ini. Itu kenapa kita perlu iman, karena kalau segala sesuatu direspon dengan nalar semata akan sangat terbatas dan dibuat pusing kita karenanya. Sebab banyak hal dalam kehidupan ini yang tidak masuk akal. Iman bisa menjembataninya. 

Oleh karenanya ada istilah "take the leap of faith", ambil sebuah lompatan iman. Gerak melompat adalah gerak yang harus mengambil arah vertikal bagaimanapun juga, tidak hanya main di level horizontal. Karena kalau bergerak di level horizontal saja bukan lompat namanya tapi ngesot :P. Arah vertikal adalah arah Tuhan. Artinya kalau hidup tidak melibatkan Allah, pasti pusingnya, jelas menderitanya yang tak berkesudahan dan akan selalu direpotkan seumur hidup beranjak dari satu masalah ke masalah lain. 

Yang namanya orang hidup pasti tidak akan bisa pernah lepas dari masalah. Kenapa? Karena itu adalah anak tangga untuk mengenal-Nya sebenarnya. Tapi berapa sering kita menjadikan masalah sebagai sarana mendekat kepada Allah? Alih-alih minta tolong kepada Allah, kita sering langsung ambil keputusan dan gerak ini-itu dan lupa bahwa semua sudah Dia aturkan. Hanya Allah yang paling tahu solusi yang terbaik dari segenap permasalahan yang ada. 

Amsterdam, Selasa 9.46 pagi, 2 April 2025 / 4 Syawwal 1446 H



Tuesday, April 1, 2025

Karunia di balik ujian hidup

 Percayalah di balik ujian kehidupan tersimpan karunia-Nya yang besar.

Allah itu Dzat yang tidak mungkin menzalimi ciptaan-Nya sebesar dzarrah (atom) sekalipun. Itu tauhid dasar. Dia hanya menginginkan kebahagiaan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Lalu lantas mengapa hidup terasa berat? Mengapa masalah rasanya tak kunjung usai? Mengapa aku merasa tersiksa oleh perasaan ini? Apa yang salah? Jelas kesalahan ada di sisi manusia yang dhaif, kita yang lemah, kita yang bodoh, kita yang zalim, kita yang belum paham bagaimana cara Allah mengatur semesta ciptaan, kita yang belum bisa menangkap karsa Allah di balik sekian takdir yang berkelindan. Kita yang memiliki definisi kebahagiaan sendiri dan kemudian memaksakan itu terjadi ketika tirai takdirnya sedemikian kokoh hingga tak mungkin dikoyak.

Kita yang masih setengah-setengah dalam beragama. Di satu saat bisa berkata lantang "Laa ilaaha ilallah" tapi di sisi lain, masih diombang-ambing oleh ilah-ilah selain Allah. 

Kita yang pemahamannya tentang Dia masih dangkal. Di satu sisi kita menyeru dengan tegas, "Allahu Akbar" tapi di sisi lain, masih banyak hal-hal yang dirasa lebih 'akbar' dibanding Allah. Sesuatu yang masih mengendalikan dan memengaruhi hampir semua keputusan hidup dan ditakuti hilangnya.

Kalau boleh jujur, kita masih menyimpan sekian bayang-bayang keraguan dalam hati kita. Benarkan Allah akan menjamin rezekiku dan anak-anak? Dari mana datangnya ga kebayang? Benarkah aku akan mendapatkan jodoh? Apakah aku bisa sembuh? Dan sekian banyak keraguan akan kuasa-Nya. Maka ketika musibah datang, kita pun ragu, apakah benar ada kebaikan di dalamnya?

Keraguan itu ada ketika kita belum mengenal betul siapa Allah Ta'ala. Karena kalau kata Rasulullah SAW -  insan yang paling mengenal Allah - kalau seseorang mengenal Allah pasti akan jatuh cinta kepada-Nya. Dan kalau orang sudah jatuh cinta, apapun yang datang dari Sang Kekasih pasti akan diambilnya dengan suka cita tak melihat bentuknya apa, selama itu pemberian-Nya maka hatinya akan melonjak girang. Ya, sekalipun Dia menggenggamkan batu bara, tetap yang kita lihat adalah tangan-Nya...tangan Allah...ini tangan-Mu yang menyampaikan wahai Gusti. Dengan keyakinan itulah dia berjalan meniti ujian demi ujian dalam kehidupan dan perlahan dengan pasti mulai merasakan manisnya karunia Allah.

Amsterdam, Selasa siang di musim semi yang cerah

1 April 2025 / 2 Syawwal 1446 H, pukul 14.23