Anak muda ini bagus sebenarnya kalau kerja hanya saja dia kerap berkonflik baik dengan pelanggan atau dengan sesama rekan kerja. Saya perhatikan pencetusnya hal-hal yang 'sepele'. Rekannya bertanya sesuatu dan dia akan cenderung menjawab dengan ketus atau bahkan "nyolot". Nah, kalau pas ketemu karakter api lagi udah deh saling teriak satu sama lain. Sedemikian rupa saya harus melerai mereka dan membawa mereka ke dalam kantor.
Malam ini terjadi lagi. Dia terlibat adu mulut tidak hanya dengan pelanggan tapi juga dengan rekan kerjanya. Sedemikian memanas situasinya hingga ia mengeluarkan kata-kata kasar yang saya tidak bisa terima. Saya panggil anak muda ini secara pribadi ke kantor untuk bicara empat mata. Saya ungkapkan bahwa kelakuannya berkata-kata kasar seperti itu tidak bisa diterima dan jika ia tidak bisa menahan dirinya lebih baik pulang saat itu juga.
Dia terdiam. Lalu mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan seribu satu jurus. Dan dia mulai bicara tergagap-gagap. Saya perhatikan dia mulai begitu kalau stress. Dan dia pun mulai meracau bicara ngga karuan hingga saya harus stop. Sambil memegang dadanya.
"Listen, i know you meant well. I know you are a good person. And i'm sure you didn't mean what you say. I know you. You can do much better than this. What's happened?"
Dia terdiam beberapa saat. Lalu mulai memalingkan wajahnya. Tampak bulir-bulir air mata mengalir di pipinya.
"My mom always so hard on me. She beats me if i misbehave. She will say nasty things to me. I feel like no matter what i do, i can never be good enough for her..." Dia pun tenggelam dalam tangisannya.
Saya terdiam. Memberinya ruang untuk mengeluarkan semua unek-uneknya.
Malam itu saya menyaksikan bagaimana luka yang ditorehkan oleh orang tua bisa berdampak sedemikian rupa dalam performa kerja seseorang. Anak muda ini seorang pekerja keras. Akan tetapi jika ia ada dalam situasi dimana orang lain bicara agak keras atau seperti memberikan tekanan kepadanya, maka seluruh sel memori dalam dirinya seperti teraktivasi dan cenderung memberikan defense mechanism dengan tindakan dan kata-kata yang agresif. Sesuatu yang dia pelajari dari orang tuanya. Dia tidak pernah belajar cara lain untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan seperti itu. It's the only coping mechanism that he knows.
"Do you want to learn other was to deal with such situation?" tanya saya kepadanya.
Tangisnya mulai reda dan dia mulai tampak lebih tenang hingga ada dalam posisi untuk bisa mendengarkan.
Dia mulai belajar untuk tenang menghadapi situasi yang dirasa menekannya. Tentu dibutuhkan waktu untuk mengganti pola yang sudah terbiasa dilakukan berpuluh tahun lamanya. Tapi setidaknya dia mulai berubah.
Pelajaran buat kita orang tua. Jangan sampai emosi kita menoreh luka di hati anak-anak kita. Kalaupun sudah terjadi, istighfar banyak-banyak dan minta supaya Allah mengganti sayyiah yang sudah terlanjut kita tularkan kepada anak-anak itu supaya diganti dengan hasanah. Dia Maha Kuasa.
Pelajaran lain buat saya, saat berhadapan dengan seseorang yang tingkah lakunya demikian menyebalkan. Lagi-lagi, luangkanlah waktu untuk bicara dari hati ke hati. Timing is of essence. Karena kalau orang itu belum siap tidak akan bisa terbuka. Meanwhile, be like an ocean. It remains pure even when it receive such polluted streams.[]
Amsterdam, 8 Juli 2025
11.04
Di sela-sela penerjemahan Kitab Nabi Daniel di perpustakaan Reigerbos
No comments:
Post a Comment