Monday, July 7, 2025

Mulang Tarima

 "Mulang tarima" adalah istilah dalam Bahasa Sunda yang artinya membalas jasa. Biasanya kita kaitkan dengan seorang anak yang ingin membalas pengorbanan dan kasih sayang orang tua dalam membesarkannya, yaitu dengan apapun yang bisa diberikan dan membahagiakannya. Walaupun sebenarnya seorang anak tidak akan pernah bisa membalas kasih sayang orang tua dalam bentuk materi, kalaupun ia memiliki tujuh bumi dan segala isinya. Kasih sayang orang tua itu tidak bisa dipadankan dengan sesuatu yang bersifat material dunia. Namun agama memberi panduan, bahwa ada cara untuk membalas kasih sayang mereka yaitu dengan membebaskan mereka dari perbudakan hawa nafsunya. Agar jiwanya merdeka. Itulah syarat untuk berjalan di shiraathal mustaqiim. Merdeka dari hawa nafsunya. Agar orang  tua kita menjadi hamba-hamba yang dilimpahi dengan nikmat-Nya. 

Seorang anak yang baik akan cenderung membahagiakan orang tuanya. Tak terlepas dari kolega saya, katakanlah namanya Ano, seorang perempuan paruh baya dari Ghana. Dia baru saja kehilangan ibunya beberapa minggu lalu. Beberapa setelah kabar kewafatan ibunya saya lihat dia sudah kembali bekerja, walau saya dapati beberapa kali matanya sembab. Saya panggil dia untuk bicara empat mata. 

"How are you Ano?"

"I'm sad Tessa..."

"I can see that. Of course you need time to grief."

(Saya lalu peluk dia dan membiarkan dirinya menangis sesenggukan di bahu saya)

"But Ano, why don't you take several day off so that you can give yourself time to grief?"

"Tessa, you know my contract, i won't get money if i don't make hour. I need to bury my mother."

Hah? Saya kaget. Beliau perlu uang untuk mengubur ibunya yang telah meninggal beberapa hari yang lalu. Rupanya di Ghana biaya pemakaman dan semua ritualnya tidak murah, rata-rata butuh 5000-an USD bahkan bisa lebih untuk melaksanakan prosesi pemakaman dan sebagian besar dana itu biasanya ditanggung oleh anak-anaknya. Sebagai anak tertua, Ano merasa bertanggung jawab untuk bisa segera memakamkan ibunya. Makanya dia kerja keras hingga mengumpulkan cukup uang demi bisa memakamkan ibunya dengan layak.

Wow, saya geleng-geleng kepala. Untung ya di dalam Islam kita tidak dibebani biaya yang mahal untuk menguburkan jenazah. Bahkan dibantu oleh para saudara kita. Sebab secara hukum, jenazah orang yang meninggal harus sesegera mungkin dikebumikan. 

Kisah Ano adalah salah satu dari kisah perjuangan seorang anak untuk membahagiakan orang tuanya, bahkan sampai ke titik akhir dari perjalanan jasadnya. Namun sebenarnya, perjalanan di barzakh adalah perjalanan yang panjang, kadang kita sebagai anak lupa bahwa orang tua kita yang telah tiada justru membutuhkan 'nafkah' dari kita melebihi saat mereka masih hidup di dunia. Kita sering lupa berdoa bagi mereka. Sering lupa mengirim hadiah bagi perjalanan mereka di alam barzakh. Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa setiap hari Jum'at para penghuni alam kubur dibebaskan untuk bisa mengunjungi sanak saudara yang masih hidup. Sebagian kita mungkin tidak merasakan atau tidak menyadari kehadiran mereka. Akan tetapi usahakan di hari itu kita lakukan doa khusus, mengaji khusus atau kalau perlu berinfaq khusus atas nama mereka, agar saat mereka pulang kembali ke tempat kediamannnya masing-masing di alam barzakh tidak dalam keadaaan tangan hampa. Itulah bentuk mulang tarima yang indah dan menakjubkan bagi segala limpahan kasih sayang dan perlindungannya kepada kita semasa kecil. 

Al Fatihah untuk kedua orang tua kita.


Amsterdam, 7 Juli 2025

15.13 sore. Saat anak-anak sudah mulai kembali dari sekolah dan rumah mulai ramai dengan suara canda tawa mereka. 

No comments:

Post a Comment