Kebanyakan manusia tenggelam dalam kesibukan membangun kehidupannya, dikuasai oleh kekhawatiran masa akan depan diri dan keluarganya, dibuat gelisah oleh pembagian rezekiNya, dan pontang-panting merajut jala pengaman finansial sekokoh mungkin. Jika sebatas itu yang dilakukan maka sepanjang hidupnya ia hanya akan berkutat untuk mengatasi hal-hal yang bersifat horizontal dan luput untuk mengenal Dia Yang Menghadirkan semua yang ada.
Masalah akan selalu ada, itulah natur kehidupan. Orang tua misalnya kerap mengkhawatirkan anaknya yang masih kecil jika ia sakit, lalu saat ia remaja akan mengkhawatirkan pergaulannya, kemudian saat ia memilih jurusan perguruan tinggi juga akan dibuat bingung oleh pilihan yang ada dan kecocokan bakat sang anak, lalu macam pekerjaan yang akan dijelang, belum lagi perkara jodoh, setelah itu memikirkan cucu dan seterusnya. Sebuah gerak melingkar yang hanya dapat dihentikan oleh kematian.
Memang banyak orang yang shalat, tapi kelakuannya menunjukkan seolah-olah Allah hanya hadir dalam ruang kecil seluas sajadahnya itu. Tubuhnya membungkukkan diri dan membenamkan kepala selevel dengan tanah, tapi jika sedang kekurangan rezeki, menunggu jodoh yang belum tiba, penyakit yang mendera, masalah di pekerjaan atau rumah tangga ia membungkukkan diri kepada ´what so called by´ ajengan, jampi ini itu, usaha ini itu yang ia kerahkan perhatian, jiwa dan raganya ke sana. Sedangkan waktu dan perhatian untuk Tuhan? Sekadarnya saja yang beberapa menit dalam gerakan sholat yang tidak menghadirkan hati itu. Jika ini strategi yang seseorang terapkan dalam kehidupan, selamat menjelang kepayahan yang tidak berujung. Karena di balik setiap solusi horizontal yang ia lakukan akan ada ujian lain dan Dia Yang Maha Mengendalikan kehidupan.
Strategi cerdas menjalaninya sebenarnya sangat simpel, yaitu dengan hati yang bersyukur. I know it's easier said than done. Tapi itulah kapasitas superpower manusia yang bisa melambungkannya ke langit dengan merubah hatinya ia bisa mengubah cara pandang terhadap dunia dan sekitarnya. Mungkin secara fisik masih tetap harus menempuh macet yang itu juga, masih harus mengukur jalanan yang sama, masih harus berkantor di tempat yang sama, dan masalah yang dihadapi sama sekali tidak berubah. Tapi kebersyukuran akan mengundang berkah dan karuniaNya yang tak terhingga. Dan jika Dia sudah 'turun tangan' tidak ada yang bisa menghentikannya. Itulah kebersyukuran, menerima, menjalani dan memuji kehidupan apa adanya dengan suka cita. Dengan kesadaran bahwa segala sesuatunya mewujud dengan pertimbangan ilmu dan keadilanNya Yang Maha Agung. Insya Allah
Amsterdam, 26 November 2017
14.40
No comments:
Post a Comment