Thursday, November 5, 2020

 "Saya pernah dipenjara lima kali." Kata perempuan paruh baya itu dengan santai. Dia tampak tidak sungkan mengatakannya, sebuah episode kehidupan yang mungkin oleh sebagian besar orang dianggap aib atau masa lalu yang kelam.


Saat saya tanya kenapa kok sampai bisa dipenjara, meluncurlah kata-kata deras dari mulutnya. Ia cerita bahwa pernah menyelundupkan narkoba dan ditangkap berkali-kali di bandara. Sekali dia melakukannya kemudian ketagihan. Bagaimana tidak, uang ratusan juta rupiah diraihnya per satu kali perjalanan menyekundupkan barang haram itu dengan cara mengikatkan kantung-kantung berisi narkoba di badannya. Sebuah perjalanan yang berisiko tinggi. Dia bilang, sekali merasakan kenikmatan bermandikan uang sebanyak itu sulit untuk melepaskannya. Makanya dia lagi-lagi melakukannya. 


Dia bercerita tentang kehidupannya yang super glamor. Tidur di hotel bintang lima, mengendarai kendaraan mewah, membuatkan ibunya dua rumah mewah di kampung halamannya, Suriname. Tidak hanya itu kalau orang Jawa bilang "hawa duit", itu selalu membuat dia ingin melakukan hal yang mendatangkan sensasi tersendiri. Dia cerita blak-blakkan bahwa dirinya sempat ketergantungan seks. Dengan uang sebanyak itu dia bisa melakukan pesta-pesta seks di presidential room  sebuah hotel mewah yang biasa disewanya. Dia bisa mendatangkan pria-pria dan perempuan-perempuan bak supermodel dan berpesta semalam suntuk.


Saya bilang sama dia, "Wow, my life seems boring compares to yours!"

Dia tertawa lepas. Lalu kemudian berhenti dan pandangannya terlempar jauh ke sebuah tempat yang tampak tak bertepi. Saya lihat bias kesedihan di wajahnya yang mulai menunjukkan garis-garis keriput dengan rambut-rambut yang memutih menjuntai diantaranya.


"It was my past. I am getting old now." Ternyata dia bilang semua uang yang berlimpah itu tidak mendatangkan kebahagiaan. Pleasure yes, but not happiness. Sayangnya banyak orang terjebak mengira pleasure atau kesenangan adalah sama dengan kebahagiaan. Padahal itu dua hal yang jauh berbeda. Dia bilang uang sebanyak itu entah hilang kemana. Sampai sekarang tak punya tabungan. Bahkan tubuhnya kerap sakit-sakitan karena gaya hidup yang pernah dijalaninya. Yang membuat lebih sedih lagi, uang yang dia berikan untuk ibunya hingga membelikan rumah dan barang-barang mewah pun katanya entah kenapa tidak membuat ibunya bahagia, hingga sampai ibunya meninggal dia masih merasa gagal membahagiakan ibunya. Dan yang tak kalah menyakitkan dia sadar dia merasa telah menghancurkan anak perempuan semata wayangnya. Anaknya pernah menyaksikan ibunya ditangkap oleh polisi di bandara. Lalu tahun-tahun yang hilang saat sang ibu di penjara tidak bisa diulang.


Saat ini dia menjalani hidup sederhana. Tinggal di kamar kontrakan yang cukup nyaman dengan gaji yang dia terima dengan bekerja di restoran cepat saji. Kabarnya anak perempuannya secara teratur mengunjunginya. Dia pun mulai aktif melakukan konseling kepada generasi muda - agar tidak terjebak pada kesalahan yang sama yang telah dia perbuat. Usianya tidak muda lagi, sudah lima puluhan tahun. Keadaan fisiknya pun tak sekuat dulu dan mulai sakit-sakitan. Tapi saya masih merasakan getar semangat dalam dirinya, keinginan untuk menebus tahun-tahun kelam yang telah berlalu.


 Mendengarkan penuturan dia, saya jadi teringat kisah tentang seorang pelacur perempuan yang menjalani kehidupan dalam kenistaan tapi ada satu titik dalam kehidupannya dimana ia bertaubat. Dalam perjalanan taubat melintas padang pasir terik, ia dilanda oleh kehausan yang sangat. Rasa haus yang mematikan. Hingga akhirnya ia menjumpai sebuah sumur dan menemukan air di dalam sumur itu. Saat ia gembira menyiduk air dari dalam sumur itu dengan alas kakinya dan hendak meminumnya, dia baru menyadari bahwa di sebelahnya ada seekor anjing kurus yang tampak kehausan. Rupanya si anjing tidak bisa mengambil air dari kedalaman sumur. Lalu alih-alih dia lebih dulu menenggak air yang sudah ada di tangannya, ia biarkan sang anjing itu minum. Dan pada saat menunggu anjing itu selesai minum malaikat maut datang mencabut ruhnya. Sang perempuan diriwayatkan diganjar dalam taman surganya. 


Benarlah kiranya bahwa kualitas seseorang itu akan ditentukan di akhir hayatnya. Rasulullah saw telah bersabda, – dan beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan – “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari)


No comments:

Post a Comment