Banyak orang mengira kalau hidup di luar negeri itu asyik. Tapi ketahuilah bahwa berwisata dan tinggal lama di tempat yang asing adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan orang Indonesia yang saya pernah temui disini justru berpendapat hidup di Indonesia lebih baik, maka tak sedikit yang memutuskan pulang kampung. Tapi yah, yang namanya manusia memang begitu, dikasih A pengen B, dikasih B pengen C. Betapa sulitnya ternyata kita untuk sekadar mensyukuri apa yang ada.
Buat saya pribadi pun jujur saja tidak mudah beradaptasi dengan peran baru, berkeluarga, meninggalkan karir, comfort zone, sahabat- sahabat dan keluarga yang dikasihi di tanah air. Butuh waktu 3 tahun untuk akhirnya bisa bilang "i feel at home". Tidak sedikit perempuan seperti saya yang sudah punya karir bagus di tanah air lalu pergi meninggalkan semuanya kemudian harus mengurus keluarga yang kelabakan menerima episode barunya disini. Beberapa dari mereka bahkan harus dibantu dengan pil penenang yang diresepkan oleh dokter untuk bisa berfungsi dalam keseharian.
Kalau dilihat ke belakang saya pikir "obat penenang" saya adalah Al Quran. Begitu saya mencoba mendalaminya entah kenapa seperti ada kesadaran yang bertumbuh dari dalam diri. Oleh karenanya saya berupaya disiplin mempelajari Al Quran, bukan sekadar tilawah atau membaca artinya tapi mencoba membumikannya dalam keseharian. Cara belajar yang saya paling sukai adalah dengan mengajar. Maka sejak tahun 2016 (empat tahun lalu) saya mulai buka kelas kajian suluk online dimana setiap minggu kita berdiskusi tentang satu atau dua ayat dalam Al Quran kemudian dicoba direnungkan bersama-sama.
Saya perhatikan memang itu langkah yang banyak mengubah hidup saya. Ketika kita tak kuasa mengubah sekitar kita, maka ubahlah dalam diri kita dengan Al quran maka tiba-tiba kita jadi paham kenapa kita diperjalankan dalam sebuah episode yang tadinya membuat pening kepala kita. Merenungkan Al Quran memang berdaya guna ajaib dalam meningkatkan ketahanan diri saya dalam kehidupan. Saya jadi tidak mudah mengeluh, tidak mudah patah oleh kenyataan yang berlawanan jauh dengan keinginan, atau tidak mudah terbawa arus sesaat pergantian pasang surut kehidupan. Dan selain itu ketika kita mulai paham bagaimana Allah menggerakkan roda kehidupan dan mulai mengendus hikmahnya, maka kita bisa lebih ridho menjalaninya.
Maka izinkan kiranya saya bersaksi bahwa Al Quran adalah obat (syifa) dan penawar bagi hati yang gelisah. Karena dalam Al Quran semua rambu-rambu kehidupan tercakup di dalamnya. Bagaimana menghadapi konflik rumah tangga, bagaimana menghadapi rezeki yang disempitkan, bagaimana menghadapi anak yang berulah, bagaimana menghadapi terjangan hawa nafsu dalam diri yang sering merepotkan. Pun dalam Al Quran tersebar banyak janji Sang Rabbul 'Alamiin dalam kehidupan. Bahwa Dia tak mungkin menimpakan sesuatu di luar kapasitas kita, bahwa rezeki itu dijamin, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, bahwa ada kehidupan yang lebih baik yang menanti kita jika kita kecewa dengan apa yang ada di dunia ini, bahwa jangan dibuat susah oleh anak-anak kita, bahwa apa yang kita baik belum tentu baik begitupun apa yang kita anggap buruk belum tentu buruk. Dan banyak lagi rambu-rambu kehidupan yang membuat kita kokoh dalam menjalani takdir-Nya. Terutama dalam takdir yang kita tidak pahami dan kita kepayahan dalam menjalaninya. And more over, tak ada di ujung lain dari Al Quran kecuali Dia. Apalagi yang lebih indah dan patut dicari selain dari itu?❤
No comments:
Post a Comment