Wednesday, April 21, 2021

 21 April, 8 Tahun Lalu


Dalam kegaiban saya melangkah sambil mengucap bismillah. 

Hari ini, delapan tahun lalu saya resmi pindah ke Belanda. Membawa perbekalan satu bagasi penuh, membawa Elia yang masih berusia 10 bulan dan tas bayi perlengkapannya, but most of all saya berbekal harapan besar bahwa Allah selalu menyiapkan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. 


Mungkin itu pula yang membuat keputusan saya untuk hijrah meninggalkan comfort zone di awal waktu terasa begitu ringan. Sekian banyak pertanyaan berbasis logika dan sebab akibat terbungkam dengan sendirinya berhadapan dengan pilar pengaturan takdir-Nya. Seperti orang yang mengalami operasi besar dan dalam keadaan dibius total, saya tidak merasakan apa-apa. Semua dilancarkan, saya seperti Dia tidurkan. Untuk sementara waktu...


Kemudian saya harus belajar menerima kenyataan bahwa warna dunia saya sudah berubah. Lingkungan sekitar berubah. Jauh dari keluarga besar dan sahabat-sahabat serta forum-forum pengajian yang bagai menjadi oase di pedang gurun kehidupan.

Tetangga saya berubah, sekarang saya harus belajar bahasa dan adat istiadat yang baru, dan tidak sebebas dulu meminta menitipkan anak maupin bergerak.

Karir saya berubah, dari kerja kantoran biasa berpacu dengan target dan deadlines, kemudian harus membiasakan diri bahwa jam kerja seorang ibu itu hampir 24 jam dalam seminggu. Bahkan yang disebut dengan liburan adalah kerja lembur sebenarnya😅 Iya kita pergi ke tempat wisata, tapi yang kita lakukan pada dasarnya sama dari hari ke hari. Dan ada perbedaan yang nyata, kalau dulu di kantor saya kerja keras visa dapat bonus di akhir bulan plus gaji yang memuaskan, jadi ibu rumah tangga rewardnya bukan hal yang bersifat nominal atau materi. Tapi di situ saya belajar bahwa sesuatu yang berharga di dunia ini justru hal-hal yang bersifat non materi. Ganjarannya ada pada senyuman si buah hati, pada setiap kata dia memanggil kita "mama" - it's still like sound to my ear till today. Apalagi hati meleleh kalau dia menatap mata kita dalam-dalam sambil bilang "I love you mama, you're the best mother in the world"❤ rasanya tak terlukiskan. Beberapa kali saya dapat penghargaan di tempat kerja tak pernah merasa leleh seperti ini.


So, lot's of things have changed. Saya yang 8 tahun lalu rasanya sangat berbeda dengan saya hari ini. Delapan tahun dalam tempaan Tuhan. Mudah? Sama sekali tidak. Harus dijalani pontang-panting, jungkir balik, kepala jadi kaki-kaki jadi kepala. Didera prahara dalam pernikahan, harus membiasakan diri dalam kehidupan blended family, you name it. Tapi kok ya selamat-selamat saja tuh. Alhamdulillah. Aneh sih, ajaib sepertinya. Kalau dilihat lagi ke belakang, rasanya tidak mungkin saya menjalaninya sendiri, pasti Dia yang membawa saya. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. 


Satu hal berharga yang saya pelajari dari proses 8 tahun dalam didikan-Nya adalah saya belajar untuk hidup di saat ini. Menghargai "my present moment as PRESENT from above". Saya belajar bahwa yang membuat saya menderita bukan karena takdir dan situasi yang saya hadapi tapi persepsi pikiran saya yang masih berpaling kesana kemari. Tidak fokus. Akibatnya banyak hal yang indah dan keajaiban terlewatkan. Sayang sekali, itu yang masih saya istighfari sampai sekarang dan seterusnya. Saya tidak tahu bagaimana saya menebus itu, menebus momen-momen yang hilang bersama-Nya karena saya tertundukkan oleh keluhan dan hawa nafsu, hingga Dia seolah tidak ada. Astaghfirullah...


But again, i still have hope. Rasanya itu pula yang selalu membuat saya kembali bergerak, walaupun dalam keadaan terpuruk seperti apapun. Alhamdulillah saya selalu punya harapan akan Dia, bahwa hidup terlalu berharga untuk disia-siakan. So i move on. Dengan setiap bekal dan energi yang tersisa. Saya sudah bertekad, walaupun merangkak saya akan terus maju mendekat kepada-Nya. And that's what keeps me going everyday. Dia lah sumber semangat dan energi yang berlimpah  dari dalam diri.


Seiring dengan hati saya yang semakin menerima hidup apa adanya, pintu-pintu kehidupan pun terbuka dengan sendirinya. Sekali lagi aneh bin ajaib. Tapi semua rezeki datang dan terpenuhi. Apa yang saya butuhkan dihadirkan sendiri nyaris tanpa saya harus keluar dari rumah. Dia sungguh Maha Kuasa. Tapi kuasa-Nya baru mulai terasa ketika kita berhenti mencoba menguasai hidup itu sendiri. Just sit back and enjoy the road dan serahkan kemudi hidupmu pada-Nya. Dijamin beres dan tak tersesat!


Pernah dalam sebuah penyesalan yang dalam, rasanya saya telah mengambil banyak keputusan yang salah. And i was so hard to myself, blaming myself for it. Kemudian saya banyak istighfar dan Allah mulai mengajarkan bagaimana cara melihat kehidupan, dan setiap kali hal itu membuat saya terpana. It's all perfect! Adalah saya yang tidak paham pengaturan-Nya. Because it's way beyond my imagination. Sekarang saya yakin, kalau saya harus mengulangi lagi kehidupan saya. I wouldn't change a thing. Karena semua hal yang mewujud terjadi karena Dia kehendaki. Dan kalau Dia berkehendak pasti tak ada di dalamnya kecuali kebaikan. Karena Dia adalah Dzat Yang Maha Baik❤


Alhamdulillah, terima kasih ya Allah

No comments:

Post a Comment