Friday, November 23, 2012

Ketika Jiwa Guncang

-->
Seorang ahlul yaqiin apabila karena keyakinannya masih kurang atau karena dikuasai hawa nafsu dan syahwat lalu jiwanya goncang dan bimbang akan jaminan Allah Swt, maka ia akan berkata pada jiwanya: “Wahai jiwa! Mengapa kamu goncang?” Jiwa akan menjawab, “Karena aku diciptakan selalu butuh dan memiliki keinginan-keinginan. Aku tidak bisa melihat tempat apapun, aku pun tidak mengetahui waktu juga kadar perkiraannya. Cara mencapainya bagiku adalah sesuatu yang samar!” 

Lalu ia kembali berkata pada jiwanya, “Wahai jiwa! Jika engkau memang beriman kepada Rabb-mu, maka sudah selayaknya apabila firman-Nya, serta janji, jaminan dan tanggungan-Nya lebih kuat dan lebih kau percaya daripada apa yang kau lihat. Karena penglihatan terkadang salah, terkadang engkau pun tersihir oleh keindahannya. Engkau melihatnya seperti itu padahal sebenarnya tidak seperti itu. (Penyihir pada dasarnya tidak merubah keadaan sesuatu, melainkan hanya merubah panglihatan orang yang melihatnya seolah-olah sesuatu yang dilihatnya itu tidak seperti keadaan lazimnya). 

Firman Rabbul ‘Alamiin lebih benar, lebih kuat dan lebih dapat dipercaya daripada penglihatanmu sendiri. Jika sekiranya engkau diperlihatkan sesuatu oleh rajamu, engkau pasti percaya dan merasa tenang. Maka sudah sepatutnya engkau harus lebih percaya dan lebih tenang akan jaminan Raja diraja; Allah Rabbul ‘Alamiin. Seandainya engkau memiliki sebuah buku catatan dimana didalamnya tertulis nama orang-orang yang berhutang kepadamu, tercatat di dalamnya si Fulan berhutang 1000 Dirham, si Fulan 1000 Dinar, si Fulan 10.000 Dirham, apakah engkau akan merasa tenang?” Apabila kamu mendapati jiwamu menuntut untuk melihat buku tersebut, dan (setelah melihatnya) ternyata ia tidak goncang atau bimbang karena mendapati orang-orang yang tercantum namanya adalah orang-orang yang dapat dipercaya serta selalu menepati janji, maka berikanlah padanya “buku catatan Rabbul ‘Alamiin” yaitu Al Qur’an Yang Mulia, yang tersimpan dalam Lauh Mahfuzh, yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang dibawa oleh Ruh yang terpercaya (Ar Ruuhul Amiin: Jibril a.s.) ke dalam hati Muhammad, Rasulullah saw, utusan Tuhan semesta alam. Kemudian bukalah lembaran-lembarannya, maka kau akan mendapati “ayat rizki” dimana Allah berfirman:

“Tidak ada satu binatang melata pun di bumi ini melainkan kewajiban Allah lah memberi rizki mereka.” (QS Hud [11]:6)

Lalu katakanlah pada jiwamu, “Wahai jiwa yang tenang, ketika engkau mendapati nama orang-orang yang tertulis dalam buku itu engkau merasa aman dan tidak takut menjadi faqir, dan engkau pun menjadi tenang. Lihatlah Mushaf ini, didalamnya tertulis “kewajiban Allah lah memberi rizki mereka” Apakah Mushaf ini lebih agung, lebih benar, lebih baik dan lebih menepati janji ataukah buku catatan piutang itu? Apakah engkau tidak merasa malu bertemu Rabb-mu dalam keadaan seperti ini? Aku dapat memahami mengapa engkau merasa guncang dan bimbang setelah sebelumnya engkau merasa yakin akan jaminan-Nya. 

Semua ini adalah karena engkau memiliki banyak keinginan; engkau ingin mulia lalu engkau berusaha lari dari kehinaan, engkau menginginkan berbagai macam kenikmatan makanan lalu engkau lari dari kemiskinan, engkau punya keinginan tercapai cita-cita lalu engkau lari dari kegagalan pencapaiannya. Engkau menjadi guncang hanya karena engkau menginginkan rizkimu datang saat ini juga, sedangkan Tuhan-mu menghendakinya di saat yang lain. Engkau menginginkan keadaan tertentu padahal Tuhanmu menghendaki keadaan yang lain. Engkau menginginkan suatu ketenangan dalam suatu hal, sedangkan Tuhan-mu menghendakinya dalam bentuk yang lain. Engkau menginginkan banyak hal, tetapi Tuhan-mu menghendaki hal yang bahayanya lebih sedikit, sehingga engkau tidak dikalahkan oleh keinginanmu dan dilemparkan ke dalam jurang kecelakaan. Akhirnya dengan penuh penderitaan dan keluh kesah engkau akan mendatangi para hakim melalui berbagai cara yang hina, kotor, dan tipu daya yang menjijikkan demi ketenangan nafsumu. Lalu engkau akan menolak hukum-hukum yang menjadi hak Allah Swt, engkau tidak segan untuk memutus silaturahim, membenci sesama, menganggap remeh hak-hak kaum muslimin dan orang-orang yang beriman, lari dari memenuhi hak-hak mereka, dan engkau menjauhi orang-orang yang terhormat di sisi Allah, sehingga akhirnya engkau menjadi sangat zhalim dan sewenang-wenang. Saat itulah ancaman Allah terngiang di telingamu melalui firman-Nya:

“Kami akan memasang timbangan yang adil pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Jika (amalan itu) hanya seberat atom pun Kami pasti akan mendatangkan (pahala)nya. Cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS Al Anbiyaa [21]:47)


No comments:

Post a Comment