Seorang ahlul yaqiin
apabila karena keyakinannya masih kurang atau karena dikuasai hawa nafsu dan
syahwat lalu jiwanya goncang dan bimbang akan jaminan Allah Swt, maka ia akan
berkata pada jiwanya: “Wahai jiwa! Mengapa kamu goncang?” Jiwa akan menjawab,
“Karena aku diciptakan selalu butuh dan memiliki keinginan-keinginan. Aku tidak
bisa melihat tempat apapun, aku pun tidak mengetahui waktu juga kadar
perkiraannya. Cara mencapainya bagiku adalah sesuatu yang samar!”
Lalu ia
kembali berkata pada jiwanya, “Wahai jiwa! Jika engkau memang beriman kepada
Rabb-mu, maka sudah selayaknya apabila firman-Nya, serta janji, jaminan dan
tanggungan-Nya lebih kuat dan lebih kau percaya daripada apa yang kau lihat.
Karena penglihatan terkadang salah, terkadang engkau pun tersihir oleh
keindahannya. Engkau melihatnya seperti itu padahal sebenarnya tidak seperti
itu. (Penyihir pada dasarnya tidak merubah keadaan sesuatu, melainkan hanya
merubah panglihatan orang yang melihatnya seolah-olah sesuatu yang dilihatnya
itu tidak seperti keadaan lazimnya).
Firman Rabbul ‘Alamiin lebih benar, lebih
kuat dan lebih dapat dipercaya daripada penglihatanmu sendiri. Jika sekiranya
engkau diperlihatkan sesuatu oleh rajamu, engkau pasti percaya dan merasa
tenang. Maka sudah sepatutnya engkau harus lebih percaya dan lebih tenang akan
jaminan Raja diraja; Allah Rabbul ‘Alamiin. Seandainya engkau memiliki sebuah
buku catatan dimana didalamnya tertulis nama orang-orang yang berhutang
kepadamu, tercatat di dalamnya si Fulan berhutang 1000 Dirham, si Fulan 1000
Dinar, si Fulan 10.000 Dirham, apakah engkau akan merasa tenang?” Apabila kamu
mendapati jiwamu menuntut untuk melihat buku tersebut, dan (setelah melihatnya)
ternyata ia tidak goncang atau bimbang karena mendapati orang-orang yang
tercantum namanya adalah orang-orang yang dapat dipercaya serta selalu menepati
janji, maka berikanlah padanya “buku catatan Rabbul ‘Alamiin” yaitu Al Qur’an
Yang Mulia, yang tersimpan dalam Lauh
Mahfuzh, yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
yang dibawa oleh Ruh yang terpercaya (Ar
Ruuhul Amiin: Jibril a.s.) ke dalam hati Muhammad, Rasulullah saw, utusan
Tuhan semesta alam. Kemudian bukalah lembaran-lembarannya, maka kau akan
mendapati “ayat rizki” dimana Allah berfirman:
“Tidak ada satu binatang
melata pun di bumi ini melainkan kewajiban Allah lah memberi rizki mereka.” (QS Hud [11]:6)
Lalu katakanlah pada jiwamu, “Wahai jiwa yang tenang, ketika engkau
mendapati nama orang-orang yang tertulis dalam buku itu engkau merasa aman dan
tidak takut menjadi faqir, dan engkau pun menjadi tenang. Lihatlah Mushaf ini,
didalamnya tertulis “kewajiban Allah lah
memberi rizki mereka” Apakah Mushaf ini lebih agung, lebih benar, lebih
baik dan lebih menepati janji ataukah buku catatan piutang itu? Apakah engkau
tidak merasa malu bertemu Rabb-mu dalam keadaan seperti ini? Aku dapat memahami
mengapa engkau merasa guncang dan bimbang setelah sebelumnya engkau merasa
yakin akan jaminan-Nya.
Semua ini adalah karena engkau memiliki banyak
keinginan; engkau ingin mulia lalu engkau berusaha lari dari kehinaan, engkau
menginginkan berbagai macam kenikmatan makanan lalu engkau lari dari
kemiskinan, engkau punya keinginan tercapai cita-cita lalu engkau lari dari
kegagalan pencapaiannya. Engkau menjadi guncang hanya karena engkau
menginginkan rizkimu datang saat ini juga, sedangkan Tuhan-mu menghendakinya di
saat yang lain. Engkau menginginkan keadaan tertentu padahal Tuhanmu
menghendaki keadaan yang lain. Engkau menginginkan suatu ketenangan dalam suatu
hal, sedangkan Tuhan-mu menghendakinya dalam bentuk yang lain. Engkau
menginginkan banyak hal, tetapi Tuhan-mu menghendaki hal yang bahayanya lebih
sedikit, sehingga engkau tidak dikalahkan oleh keinginanmu dan dilemparkan ke
dalam jurang kecelakaan. Akhirnya dengan penuh penderitaan dan keluh kesah
engkau akan mendatangi para hakim melalui berbagai cara yang hina, kotor, dan
tipu daya yang menjijikkan demi ketenangan nafsumu. Lalu engkau akan menolak
hukum-hukum yang menjadi hak Allah Swt, engkau tidak segan untuk memutus
silaturahim, membenci sesama, menganggap remeh hak-hak kaum muslimin dan
orang-orang yang beriman, lari dari memenuhi hak-hak mereka, dan engkau
menjauhi orang-orang yang terhormat di sisi Allah, sehingga akhirnya engkau
menjadi sangat zhalim dan sewenang-wenang. Saat itulah ancaman Allah terngiang
di telingamu melalui firman-Nya:
“Kami akan memasang
timbangan yang adil pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang
sedikit pun. Jika (amalan itu) hanya seberat atom pun Kami pasti akan
mendatangkan (pahala)nya. Cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS Al Anbiyaa [21]:47)
No comments:
Post a Comment