BALANCING YOU
Hidup itu selalu mengalir mencari keseimbangan. Sebuah sunatullah, sesuatu yang tidak dalam keadaan seimbang pasti tidak kokoh dan rapuh.
Tapi tidak mudah menemukan titik keseimbangan, karena diperlukan prinsip keadilan yang berdasarkan ilmu Allah. Karena kalau kita punya 10 urusan, belum tentu setiap urusan kita beri kadar 10%. Mungkin ada yang urgen, perlu kita hadapi dengan upaya 40%, lainnya dibagi-bagi sesuai dengan kebutuhan. Di satu waktu anak yang sedang menyita banyak waktu dan perhatian. Di waktu lain, pernikahan membutuhkan kerja keras untuk memelihara keharmonisannya. Di penggal lain, adalah pekerjaan yang demikian memeras tenaga dan pikiran kita.
Hidup itu mengalir saja. Dari satu keadaan ke keadaan lain. Tak perlu ngoyo dan memaksakan diri. Agar kita tidak terlampau keras kepada diri sendiri. Dan biasanya, orang yang keras kepada diri sendiri otomatis akan keras kepada orang sekitarnya, sadar atau tidak sadar. Karakter keras itu akan cenderung mudah pecah, karena takdir hidup terlampau kuat di suatu waktu. Flexibility is the key. Itu yang membuat pohon bambu mampu menghadapi angin badai, karena dia bisa 'berdansa' seiring dengan tiupan angin kencang dan tak mencoba mendorongnya dalam arah yang berlawanan.
Keseimbangan akan membuat orang nyaman berada di keadaannya. Karena ia menjadi menjejak, tak perlu berjinjit. Sesuatu yang tak seimbang bisa dirasakan sebenarnya jauh-jauh hari. Itu jika hati nurani kita sering dipoles dengan dzikir kepada Allah. Hati akan menyeru, "Eh, kamu kurang mengurus rumah tuh", "Eh, sudah lama kamu tidak memeluk pasangan dan mengatakan 'i love you'", "Hey, jangan lupa memberi perhatian lebih kepada anakmu", "Kok dzikirmu setelah shalat jadi kurang akhir-akhir ini?". "Sudah telepon ibu belum?" Inspirasi yang baik itu datang dari Allah Ta'ala. Manusia bahkan tidak punya kemampuan untuk mencetuskan sebuah gagasan dari nol. Inspirasi datang bagaikan angin yang berhembus yang menggerakkan perahu dalam berlayar melintasi samudera kehidupan. Tapi, terlalu banyak inspirasi pun akan malah membuat stress. Kelabakan kita mengatur waktu melaksanakannya. Maka penting kita berdoa, "Ihdina shiraathal mustaqiim", memohon ditunjukkan kepada jalan yang membuat kita seimbang, meminta agar ditunjukkan kepada keputusan yang paling tepat dari antara waktu shalat ke waktu shalat lainnya.
Itu kenapa ada karunia yang besar bagi mereka yang memenuhi seruan shalat di awal waktu. Ia adalah ibadah yang paling Allah cintai. Di situ sebenarnya kesetimbangan manusia tengah dikalibrasi. Ada yang cenderung sibuk di kantor atau bisnis, saat shalat diingatkan lagi tentang kewajiban yang lain. Ada yang cenderung dibuat emosi dengan keadaan anaknya, di saat shalat diluruskan lagi perspektif hidupnya agar tidak dibuat susah oleh anaknya. Ada yang merasa gagal dalam hidup, saat shalat diingatkan lagi tentang kuasa Allah dan hidup akhirat - bahwa apa-apa yang luput di dunia ini akan seseorang dapatkan di akhirat nanti.
Shalat jadinya bukan sekadar menggugurkan kewajiban.
Mendengar suara adzan menjadi hal yang indah dan dirindukan, bukan sebuah interupsi di tengah kesibukan dunia.
Shalat mulai dirasakan sebagai sebuah oase di gurun kehidupan dunia.
Jadi, kalau merasa kelelahan mengatur kehidupan. Sudah merasa kecil hati dengan kegagalan demi kegagalan dan penolakan demi penolakan yang dihadapi. Merasa stress dan kelimpungan mengatur sekian banyak pekerjaan dan amanah sedangkan waktu dan tenaga yang tersedia demikian terbatas. Coba berhenti sejenak dari mengatur dan mencari solusi semua itu dengan mengandalkan selain Dia. Coba dengan lebih tepat memanggil seruannya. Kalau kita bisa selalu tepat waktu jika meeting dengan orang penting. Kenapa berlambat-lambat saat ada meeting dengan Sang Maha Pencipta? Sementara di waktu itu Dia hanya ingin memberikan rahmat-Nya. Karena tahu kita begitu kelabakan dan pontang-panting mengurusi kehidupan ini. Dia tahu, karena Dia Maha Tahu. Dan karena Dia Sang Maha Pencipta.
Sadari bahwa kita tengah berada di atas papan catur kehidupan yang Tuhan desain. Satu-satunya cara untuk memenangkan kehidupan ini adalah dengan mengikuti aturan main-Nya. Dengannya keseimbangan yang setengah mati kita perjuangkan itu akan beres dengan sendirinya. Karena Dia satu-satunya yang bisa membereskan.[]
No comments:
Post a Comment