Benarkah aku mencari Tuhan?
Jangan-jangan sekadar mencari legitimasi dan kenyamanan hidup dibalut dengan hiasan agama.Benarkah aku mencari Tuhan?
Jangan-jangan sekadar meraup kepuasan dari sebuah pengembaraan intelektualitas yang tak bertepi.
Benarkah aku mencari Tuhan?
Jangan-jangan hanya tertawan dengan pemberiannya baik bersifat materi atau non materi. Hal yang nampaknya duniawi atau bahkan tampaknya bernuansa agama sekalipun tapi bersumber dari syahwat spiritual semata.
Benarkah aku mencari Tuhan?
Kalau memang iya, kenapa masih mempertanyakan kebijakan-Nya bahkan tidak menerima dan marah kepada-Nya hingga tak mau lagi menyebut namanya dan enggan lagi mensujudkan diri di hadapan-Nya.
Benarkah aku mencari Tuhan?
Kalau iya, kenapa shalatku masih terasa hambar dan bukan jadi cerminan sebuah pertemuan antara dua kekasih. Yang merindui dan dirindui.
Benarkah aku mencari Tuhan?
Jika iya, kenapa aku lebih betah berlama-lama scroll down sosial media dibanding membaca kalam-Nya.
Benarkah aku mencari Tuhan?
Jangan-jangan ucapanku baru sekadar lip service.
Aku yang mengatakan berkali-kali "Allahu Akbar" dalam shalat, tapi pada kenyataannya, permasalahan hidup dan himpitan kesulitan ekonomi yang lebih besar dampaknya kepada-Ku dibandingkan janji-Nya sebagai Sang Pemberi Rezeki.
Jangan-jangan ikrarku baru pernyataan di bibir ketika berkata lantang "Laa ilaaha ilallah" sementara sekian berhala dan tuhan-tuhan lain masih mendominasi dalam hatiku. tuhan kecil bernama ego, bangga diri, takut dipandang gagal, takut dipandang hina di masyarakat. Itu yang ternyata lebih menguasai dan mendikte diriku dibanding Tuhan Yang Maha Esa.
Aku meragukan pencarianku kepada Tuhan.
Rasanya selama ini masih berupa klaim di bibir.
Aku telah terjebak dalam sebuah waham keshalihan.
Memandang diri baik dan shalih padahal hati masih penuh dengan berhala dan kegelapan. Astaghfirullah.
Benarlah tanpa rahmat-Nya aku tidak akan pernah keluar dari kenistaan ini agar bisa menjadi cahaya-Nya.
Astaghfirullah...
No comments:
Post a Comment