Friday, September 26, 2025

Serahkan nasib anak kita di tangan-Nya

 "....maka sungai menerima anak itu dan membawanya..."

Di tengah suasana mencekam dan menakutkan akan teror dari Firaun dengan membunuh setiap bayi laki-laki yang terlahir dari Bani Israil. Allah Ta'ala memberi petunjuk kepada ibunda Musa untuk mengalirkan anaknya di sungai Nil. Sebuah solusi yang "tidak masuk akal". Siapa orang tua yang tega menghanyutkan bayi yang baru berusia 3 bulan ke sungai besar dengan risiko tenggelam atau dimakan binatang buas.

Tetapi demikianlah hidup. Kita belajar untuk membangun keyakinan kepada Allah Ta'ala. Bahwa jalan keluar dari sebuah permasalahan yang menghimpit itu bisa jadi tak terduga dan tak harus masuk akal. Disitu pentingnya kita berserah diri dan tawakal sepenuhnya kepada ketetapan Allah. 

Kita pun sering lupa bahwa semua adalah ciptaan Allah. Sungai adalah ciptaan Allah yang tidak akan menenggelamkan kecuali kalau Allah perintahkan dia menenggelamkan sesuatu. Binatang buas pun adalah ciptaan Allah yang tak akan menyakiti seujung rambut pun kecuali Allah izinkan dia berbuat demikian. Ingat kisah Nabi Daniel a.s. yang dimasukkan ke gua yang penuh dengan singa yang buas dan lapar, tapi Allah selamatkan, singa-singa itu dibuat tunduk dan tidak menyakiti Nabi Daniel seujung kuku pun. 

Kita lupa, bahwa Allah yang menjamin masa depan dan kesejahteraan anak-anak kita. Bukan karena ia sekolah di tempat tertentu yang dikenal lulusannya "sukses". Bukan karena dia mengambil jurusan tertentu yang katanya bakal cepat dapat kerja. Bukan karena dia punya segudang talenta, yang bisa saja hilang dalam sekejap dalam depresi yang tak berujung. Bukan karena dia punya backing kuat yang kapanpun bisa tiada. Bukan karena ini-itu. Semata-mata karena Allah yang menjamin dan melindungi. Demikian mestinya kita menjaga keutuhan tauhid kita. Agar kita tidak mentawakalkan masa depan anak-anak kita pada tuhan-tuhan palsu yang pasti akan musnah. 

Don't play God. Ingat bahwa anak kita bukan milik kita pada hakikatnya. Mereka adalah jiwa-jiwa yang dititipkan kepada kita untuk kita sayangi dan pelihara sampai pada saatnya mereka harus menapaki jalan mereka masing-masing yang telah Allah Ta'ala rancang dengan sangat spesifik. Iya betul, kita punya kewajiban sebagai orang tua. Tapi kita pun harus mengenal batas-batas kita sebagai manusia yang fakir dan tak berdaya berhadapan dengan ketetapan-Nya. Karena sebaik-baik bekal bagi mereka adalah taqwa, bukan menyandarkan pada skema penyelamatan kita yang terbatas ini. Agar kita tidak dibuat susah karenanya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah Al Baqarah: 233,

"...Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah (menderita kesengsaraan) karena anaknya..."


Amsterdam, Openbaare Bibliotheek Reigersbos, Jum'at 26 September 2025

Jam 12.41 pagi, selepas Dutch conoversation class




No comments:

Post a Comment