Tuesday, July 23, 2013

Nafs Wahidah

Insan manusia itu bukan sekedar jiwa atau sekedar raga penyatuan antara aspek malakutiyah dan aspek jasadiyah. Adapun seseorang yang sudah integral aspek jasadnya yang terdiri dari banyak elemen panca indera ke dalam jiwa itu dinamakan sebagai ummatan wahidah.

Jalan menuju peng-ummatan wahidah melalui jihadun nafs, suatu perjuangan seumur hidup yang Rasullah saw katakan sebagai jihadul akbar. Manakala kita nanti semua berhasil menyatukan komponen dalam raga kita, artinya dengan menggunakan perangkat apapun dalam indera kita, telinga, mata hidung kita selalu dzikrullah, selalu mengantarkan kepada ahadiyahnya Allah, itu baru disebut nafs wahidah. 

Kita seringkali berteriak dengan lantang bahwa semua masalah yang kita terima adalah dari Allah bukan dari yang lain, karena tidak ada hal yang tercipta selain dari Allah Ta'ala, tetapi ketika masalah mendera kita terjebak dalam kebingungan dan kekhawatiran, itu belum dikatakan nafs wahidah. Karena orang yang sudah menyatu semua komponen dirinya (Divine oneness ) akan melihat semua fenomena, mencium dan mendengar semua hal sebagai representasi Dia, bukan sesuat yang terpisah dari Allah Taála. Hal itu dikarenakan akal nafsul wahidah sudah menyinari dalam dirinya.

Maka kalau kita masih berkeluh kesah dalam kehidupan, itu praktis sudah menunjukkan belum adanya akal wahidah dalam diri. Atau kita masih menyombongkan diri, menganggap remeh yang lain, saling dengki, itu semua otomatis merupakan sebuah dalil yang haq akan tiadanya aql wahidah dalam dirinya, dan dia pada prinsipnya belum menegakkan diinnya.

(Dari catatan pengajian Hikmah Al Quran, Zamzam AJT. 31 Desember 2005)

No comments:

Post a Comment