Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu kecuali datangnya Allah
bersama malaikat dalam naungan awan...
(QS Al Baqarah 210)
Hamba Allah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah mereka yang mengharapkan dirinya untuk diubah oleh Sang Maha Ilmu, setelah menyadari banyak kekufuran, banyak hijab, banyak kebodohan dan kegelapan dalam dirinya, bahwa dirinya tak lain hanya hamba yang lemah dan tidak tahu apa-apa, oleh karenanya ia menantikan datangnya kuasa Allah dalam dirinya.
Maka nuansa ayat ini adalah nuansa kehancuran, karena cahaya Allah apabila ia datang dalam hati seseorang, ia akan menghancurkan kebatilan, meruntuhkan hijab-hijab hati, kehancuran itu bisa jadi dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan, tapi sebetulnya bukan diri kita yang sejati yang hancur akan tetapi ego kita, hawa nafsu kita, obsesi kita dan sekian banyak bentuk-bentuk kekufuran dan sisi gelap dalam diri. Perlahan-lahan sang hamba mulai merasakan adanya perubahan dalam dirinya, yang sebelumnya gampang tersinggung menjadi lebih legowo hatinya, yang tadinya mudah marah menjadi sabar, yang tadinya pelit tak ketulungan menjadi lebih pemurah, cahaya Allah berwujud menjadi sifat-sifat baik yang merahmati alam sekitarnya.
Adapun pengertian turunnya malaikat, ia adalah simbol dari kekuatan samawiyah, terbukanya indera-indera batin berupa mata hati, telinga hati, sirr, ruh, lub dll yang merupakan perangkat batin yang Allah berikan untuk membantu sang hamba mengenal kebenaran di balik fenomena kehidupan. Dalam skala besar peristiwa yang juga pernah didemonstrasikan pada zaman Musa as saat menerima 10 perintah Allah ini niscaya akan kita alami juga di alam mahsyar. Dalam konteks saat ini di dunia, ada orang-orang yang Allah hidupkan indera-indera batinnya untuk mengenal kebenaran.
(Disajikan ulang dari catatan pengajian hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Zamzam AJT, 17 Desember 2005)
No comments:
Post a Comment