Monday, November 25, 2013

Mengenal Kebenaran

"Janganlah engkau mencampur adukkan al haq dengan al bathil"
(QS Al Baqarah [2]: 42)

Al haq atau sering diterjemahkan kebenaran, adalah semua urusan yang berasal dari Allah. Dalam suluk kita mencoba untuk berserah diri kepada Allah Taála, mencoba ikhlas dengan pengaturan-Nya dalam kehidupan, itu sama dengan membiarkan Al Haq masuk ke dalam diri kita. Ini sebetulnya yang paling berharga dari seorang insan, elemen keberserah dirian.

Jadi orang yang hebat itu bukan yang bisa terbang, jalan di atas air, pandai ini-itu, punya ini-itu, sakti mandraguna dsb. Orang yang hebat itu adalah orang yang bisa melihat Al Haq dalam kehidupan, itu tidak mudah. Orang yang berkarakter seperti Bani Israil akan terpana dengan atribut lahiriyah, makanya pada zaman mereka alam 'diacak-acak', dibelah lautan, diangkat gunung dan lain-lain tapi kemudian hanya sedikit dari mereka yang melihat kebenaran, walaupun Allah Taála sudah mendemonstrasikan besar-besaran melalui Nabi-Nya mukjizat yang agung. Sebaliknya, pada zaman Rasulullah saw tidak begitu banyak peristiwa mukjizat namun banyak yang dapat melihat kebenaran. Sesuai kata Ali ra, "Seandainya langit terbelah pun tidak akan menambah keimananku kepada Allah Taála". Karena memang iman sesungguhnya tidak perlu bukti seperti itu.

Ketika seseorang hanya mendengarkan kebenaran dari orang yang penampilannya memukau, retorikanya baik dan seolah banyak mukjizatnya, sesungguhnya ia akan mudah terjebak dalam dunia fenomena dan sulit melihat kebenaran yang tersembunyi. Sebaliknya dia akan menuduh seorang ulama benar (Haq) dengan kata-kata "Wah ramalannya tidak terbukti, tidak bisa menyembuhkan orang yang sakit "dsb. Kalau kita senantiasa menuntut bukti ya susah, karena sebenarnya mukjizat itu diperuntukkan bagi orang kafir, bukan untuk orang beriman. Istilah mujizat itu adalah sesuatu yang melemahkan, yang menundukkan, jadi memang fenomenanya dibuat menakjubkan agar menundukkan kebandelan dan meruntuhkan kesombongan orang yang bersangkutan. Jadi, jangan terlalu terpana dengan atribut dunia yang ada pada seseorang, coba benar-benar tafakuri, renungi apa yang membuat seseorang benar.

No comments:

Post a Comment