Mengalami keletihan itu perlu,
agar tahu rasanya manakala badan kembali disegarkan.
Mendera kesusahan itu perlu,
agar tahu rasanya nilai sebuah pertolongan.
Merasakan kesedihan itu perlu,
agar hati tidak beku oleh terlampau banyak kesenangan yang melalaikan.
Inilah harmoni dalam kehidupan.
Sehat-sakit, lapang-sempit,
kesulitan dan kemudahan,
semua akan dipergilirkan
bagaikan siang dan malam.
Semua ada dalam perhitungan-Nya yang presisi dan menyehatkan jiwa.
Agar ia tidak terlalaikan dalam dunia ilusi.
Maka jelanglah dengan gembira semua takdir kehidupan kita.
Jangan terpaku dengan bentuk dan fenomena lahiriyah,
tapi lihatlah siapa yang mengirimkan itu semua.
Sang Nabi bersabda, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).
Manusia hanya dapat mengenal nilai anugerah Yang Maha Kuasa jika ia telah mengalami rasa sakit dan deritanya sendiri, lahir maupun batin.
Inilah salah satu kunci kehidupan.
Agar manusia bersuka cita menjelang kondisi apapun yang ada.
Sehingga hatinya semakin mendekat kepada-Nya.
***
Allah berfirman dalam Al Qur’an, Ada hal yang ditetapkan bagimu yang tidak kamu sukai padahal baik bagimu, dan ada hal yang kamu sukai padahal tidak baik bagimu. Sufi besar Imam Ghazali ra, menjelaskan gagasan ini sebagai berikut, “Sakit adalah salah satu bentuk pengalaman yang membawa manusia sampai kepada pengetahuan tentang Tuhan; seperti dikatakan-Nya, Sakit adalah pelayan-Ku yang Aku berikan kepada sahabat pilihan-Ku.”
No comments:
Post a Comment