I have a confession to make.
Waktu kecil dulu pernah curi-curi makan satu bungkus coklat Beng-Beng saat lapar-laparnya puasa di siang hari di bulan Ramadhan. I'm not proud of it. Tapi begitulah anak-anak, masih belum mampu berpikir jauh. Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni.
Saya kemudian belajar bahwa salah satu arti untuk menjadi dewasa adalah memiliki kemampuan untuk melihat jauh, menyadari apa konsekuensi dari sebuah tindakan dan sekaligus melihat jauh makna sebuah pemberian adalah bukan hanya sesuatu yang bersifat fisik.
Contohnya kembali ke puasa tadi. Hanya anak kecil yang masih harus diawasi puasanya. Hanya anak kecil yang curi-curi minum atau makan dan berpura-pura masih berpuasa. Dan hanya anak kecil yang menerobos batas-batas syariah hanya untuk kenikmatan sesaat. Maklum anak kecil masih pendek sumbu kesabarannya. Masih lemah akalnya dan masih goyah keimanannya. Maka hanya anak kecil yang masih harus dipuji-puji untuk membesarkan hati dan menguatkan semangatnya.
Atau, mungkin ada juga orang yang raganya sudah besar tapi jiwanya masih seperti anak kecil. Masih tidak sabaran, masih sembunyi-sembunyi melakukan hal yang melanggar hati nuraninya sendiri -itupun kalau hati nuraninya masih bisa berkata-kata- karena ada orang-orang yang didinding hatinya sedemikian rupa hingga suara hati nuraninya sendiripun tak lagi terdengar. Na'udzubillahimindzaalik.
Saya juga belajar makna lain dari menjadi seorang dewasa adalah untuk meraih kemampuan untuk berinteraksi dengan Tuhan Yang Maha Gaib. Untuk mulai merasakan kehadiran-Nya tanpa perlu bukti-bukti yang bombastis. Untuk memenuhi keinginan-Nya walaupun itu bertentangan dengan keinginan diri sendiri. Untuk tetap mengerjakan syariat yang merupakan jalan untuk mendekati-Nya walaupun akal belum sepenuhnya memahami dan bahkan dunia sekitar bisa jadi mencerca pilihan tersebut. Juga untuk mendengar kehadiran dan respon Dia dari segenap ufuk, karena Dia Maha Mendengar dan sangat cepat dalam merespon. Dia yang bisa mendengar bisikan hati yang terdalam yang para malaikat kiri dan kanan kita pun luput menangkapnya. Apalagi hanya sekadar suara bungkus kemasan Beng-Beng yang dibuka di siang hari sepi yang saya pikir tak ada ada yang mengetahui...I was wrong. Dead wrong...
No comments:
Post a Comment