Thursday, October 7, 2021

 "Why do we have to face Mecca during shalat?"


Pertanyaan Elia yang polos itu memancing sekian banyak perenungan di dalam diri. Saya rasanya dulu tidak banyak bertanya-tanya ini dan itu. Apa yang diperintahkan ya pokoknya kerjakan saja. Ada sisi positifnya dan ada kekurangannya memiliki perilaku selalu menurut seperti itu. Probably it's also cultural thing. 


Kenapa menghadap Mekkah? Saya jawab karena disitu ada Baitullah. House of God. Tapi kemudian logika si kecil akan teraktivasi kembali.


Rumah Tuhan? Kok kecil?

Dia pikir Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yang Punya segalanya pastilah rumahnya megah melebihi rumah artis-artis Hollywood atau pengusaha papan atas dunia.


Lantas, apa makna Baitullah? Apakah Tuhan ada di dalamnya? Jika Tuhan sedang ada di dalamnya, apakah berarti Dia tengah tidak berada di tempat lainnya? Apa mungkin ada satu titik di semesta ini yang Dia tidak menjejak disana?


Dan mengapa orang berthawaf mengitari Ka'bah? Mengapa tidak duduk tenang saja sambil berdzikir? Mengapa pula putarannya harus berlawanan arah dengan jarum jam serta memakai pakaian tertentu dengan warna tertentu?


Ini salah satu hal yang penting untuk dipahami, mengapa shalat menghadap ka'bah beserta seluruh ritual yang terkait. Karena tidak sedikit orang di luar Islam disana yang mengira kita menyembah ka'bah.


- Catatan mendidik anak. Amsterdam, di awal musim gugur 2021

No comments:

Post a Comment