Wednesday, October 3, 2012

Cahaya Keberserahdirian

Barangsiapa yang Allah kehendaki diberi petunjuk maka dilapangkanlah dadanya untuk al islam ( berserah diri). (Al Quran [6]: 126)

At Turmudzi mengatakan bahwa aspek shadr (rongga dada) terkait dengan cahaya Islam (cahaya penyerahan diri). Kadang rongga dada manusia penuh oleh sesuatu di dalamnya yang merupakan elemen kebumian. Bagaikan paru-paru yang penuh dengan tanah, maka lambang kematian. Ini adalah gambaran manusia yang qalbnya terikat dengan bungkusnya, pertanda elemen dunia masih melekat dalam hatinya.

Ciri utamanya adalah hatinya masih berat untuk berserah diri kepada ketetapan Allah. Dalam hidup seringkali kita tidak akan mendapatkan apa yang kita inginkan, kerap kali antara cita-cita dan kenyataan bertolak belakang. Kita ingin bekerja di tempat A yang ada malah kerja di tempat B. Kita merindukan pasangan seperti X yang kita dapatkan pasangan Y. Kita ingin melakukan ini tidak bisa, ingin beli itu tidak punya uang, dan seterusnya. Manusia akan selalu terkepung oleh kekecewaan, sakit hati, pesimis, stress apabila tidak bisa berjalan sesuai dengan aturan main Sang Maha Pencipta. Padahal ‘Thy will be done’, sekuat apapun keinginan kita tidak akan mampu melawan kehendak-Nya.

Maka cara yang paling jitu untuk terlepas dari kemelut kebingungan di alam dunia adalah mengetahui dan mengerti apa maksud Sang Pencipta di balik semua tindakan, fenomena dan kejadian yang menimpa diri kita dan sekitarnya. Jalannya tidak lain adalah dengan berserah diri.

Berserah diri tidak sama dengan pasrah. Dibutuhkan elemen kerja keras dan ikhtiar optimal dalam berserah diri, tidak sekadar menunggu takdir turun dengan bertumpang tangan.

Anugerah Allah yang diberikan kepada seseorang agar hati orang itu mudah berserah diri yaitu melalui cahaya keislaman atau cahaya keberserahdirian yang diturunkan ke dalam shadr, sehingga lapanglah ia. Cahaya ini yang mengusir kegelapan dalam hati. Kegelapan yang bermanifestasi menjadi rasa khawatir hari esok, tidak menerima keadaan kita, marah dengan ketetapan-Nya dan aspek batil lainnya. Semakin gelap dada seseorang akan semakin khawatir dan tidak tenang dalam kehidupan, semakin kurang patuh dalam memenuhi perintah Allah, semakin tidak menerima ketetapan-Nya.

Tazkiyatun Nafas atau olah jiwa adalah proses yang dilalui dalam sebuah jalan suluk untuk membuang sampah dunia dari dalam dada kita. Hanya setelah dada dikosongkan dari yang tidak haq, maka qalb perlahan-lahan akan mulai bercahaya. Dada yang lapang membuat manusia lebih jernih dan lebih ringan menjalani kehidupan.

Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita hati yang berserah diri. Aamiin.

(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)

No comments:

Post a Comment