Mengapa setelah kita berzikir hati kita menjadi lapang?
Dzikir itu berfungsi mencahayai dada, karena setiap ingat kepada Allah akan menghapuskan aspek gelap dalam hati kita, jadi menambah cahaya di ruang shadr.
Praktek dzikir dari masa ke masa dilakukan dalam berbagai agama, dalam bentuk yang beraneka ragam tapi aspek intinya sama, yaitu penyerahan diri. Saat berserah diri, seseorang harus meniadakan dirinya (annihilation), mendiamkan hati, pikiran, dan gejolak perasaan.
Secara garis besar, dzikir terdiri dari 3 tahapan besar, yang digambarkan oleh Rasulullah sebagai :
1. Subhanallah, dzikir saat jalan menurun.
2. Alhamdulillah, dzikir saat jalan mendatar.
3. Allahu Akbar, dzikir saat jalan mendaki.
Ketiga kondisi tersebut mewakili tiga macam fase kehidupan, kadang dalam kemudahan – yang digambarkan dengan jalan menurun, kadang konstan – digambarkan dengan jalan yang datar, dan kadang sulit – digambarkan dengan jalan mendaki.
Dzikir ‘subhanallah’ mempunyai akar kata ‘sabaha’ artinya mengalirkan diri, sehingga arti yang paling pas untuk subhanallah adalah kita berusaha mengalirkan diri dalam ketetapan-Nya, sehingga imajinasi yang kita bangun pada saat melantunkan dzikir ini adalah bagaimana agar hati tenang, misalkan sedang panas hati, galau atau berat tatkala menjalani ujian, maka dzikirnya ‘subhanallah’ seraya memohon kepada Allah agar dimudahkan mengalirkan hati dalam kehendak-Nya.
Dzikir ‘alhamdulillah’ berupa pernyataan syukur kita kepada Allah Ta’ala dalam segala sesuatu. Sepatutnya dalam kondisi susah atau ringan, kelapangan atau kesempitan, lisan kita tidak sepi dari berucap ‘alhamdulillah’ dengan kesadaran bahwa apapun takdir yang menetapi kita adalah baik.
Dzikir ‘Allahu akbar’ adalah pernyataan bahwa Allah yang kuasa-Nya, kehendak-Nya, rencana-Nya lebih besar dan lebih baik dari segenap makhluk-Nya. Rasulullah mencontohkan membaca banyak-banyak dzikir ini tatkala sedang menempuh jalan yang mendaki. Kiranya dzikir ini juga dilafazhkan saat seseorang sedang dalam kondisi ‘mendaki’ jalan hidupnya baik secara spiritual ataupun fenomena. Oleh karena itu setiap pergantian posisi dalam sholat diajarkan untuk membaca ‘Allahu Akbar’, karena dalam sholat yang baik, seorang muslim sedang melakukan ‘mi’raj’ hatinya menaiki alam-alam ciptaan untuk bersua dengan Sang Pencipta.
Demikian tiga kondisi kehidupan manusia yang diwakili oleh dzikirnya masing-masing. “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”- Al Qur’an
(Referensi : Materi Serambi Suluk, Zamzam AJT, Jakarta 2008)
No comments:
Post a Comment