Orang yang dikategorikan hamba-Nya yang berdzikir adalah mereka yang dzikirnya sudah menyatu dalam diri sehingga menjadi kepribadiannya. Dengan demikian hamba yang berdzikir 'alhamdulillah' dengan sebenar-benarnya adalah dia yang sudah menyatu kebersyukuran dalam dirinya sehingga membentuk karakter kebersyukuran. Dzikir di lisan adalah baik sebagai latihan awal dan juga doa agar Allah senantiasa melimpahkan hati yang bersyukur.
Apabila sang hamba sudah diberi hati yang bersyukur, maka segala kejadian yang terjadi, hitam-putih, baik-buruk, untung-rugi, sedih-gembira diresponnya senantiasa dengan 'alhamdulillah'.
Dalam kenyataannya kita memang lebih mudah berucap 'alhamdulillah' saat mendapat keberuntungan misalnya dibandingkan saat kehilangan sesuatu. Bayangkan ada orang yang sadar mobilnya hilang dan kemudian respon pertamanya 'alhamdulillah!' dengan kesadaran semua kejadian tidak lepas dari kehendak-Nya, tidak mudah bukan?
Membiasakan diri meringankan hati mengikuti setiap gerakan kehidupan yang digerakkan dengan karsa-Nya akan lebih membawa kebahagiaan dalam hidup. Alhamdulillah...
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Quran, Zamzam AJT. 12 November 2005)
No comments:
Post a Comment