Setiap manusia yang dilahirkan ke muka bumi terikat dengan peran yang harus dimainkan dengan baik oleh masing-masing. Ada yang dibungkus dalam pakaian laki-laki, ada yang berfungsi sebagai perempuan, ibu rumah tangga; ada yang misinya sebagai seorang guru spiritual, ada yang kebagian menjadi tukang bubur sebagai profesinya seumur hidup. Semua peran itu di mata Allah adalah sama, sungguh tidak ada yang satu lebih tinggi dari yang lain, karena semua ciptaan-Nya.
Masing-masing orang akan diuji dengan perannya itu, apakah seorang kaya bertingkah angkuh terhadap si miskin? Apakah yang kurang pandai merasa minder terhadap yang dianggap intelek? Apakah yang merasa dirinya kyai dan guru besar menganggap dirinya lebih benar?
Allah berfirman dalam Al Quran '...agar Kami melihat siapa yang paling baik amalnya'
Amal juga tercermin dalam sikap seseorang, dalam tingkah laku dan perangainya.
Sayangnya sebagian besar orang menolak memainkan peran yang telah Allah gariskan di dunia ini, dipikirnya peran ini dan itu lebih baik, lebih keren atau bahkan dibumbui embel-embel 'lebih spiritual'. Ketidakmampuan seseorang membaca diri dari takdir kehidupan yang telah membentuknya dari kecil hingga saat ini - yang sebenarnya di situ letak keping-keping puzzle siapa peran diri kita ditebarkan - membuat dia selalu mencari peran yang bukan dirinya. Ibaratnya seekor keledai yang terobsesi menjadi kuda pacuan, maka yang dia lakukan setiap hari memompa ototnya dan seluruh badannya untuk bisa lari sekencang kuda pacuan, tanpa mau berkaca dengan benar. Tentu saja sekencang-kencangnya keledai berlari tidak akan secepat seekor kuda pacuan yang terlahir dengan bakat dan modal yang sudah ada dalam dirinya.
Lantas, apa peran saya?
Mari kita mulai hening sesaat, berkontemplasi, bercermin dalam cermin kehidupan yang telah Allah rancang sampai saat ini, kita mulai identifikasi hal-hal apa saja yang Allah mudahkan sejauh ini, apa saja yang kita anggap sulit untuk dilakukan, apa saja kegagalan dan keberhasilan kita dll.
Kita mulai berjalan dari apa yang ada di genggaman tangan kehidupan per hari ini, dengan apa yang dimiliki, saat ini, di sini. Bismillah...
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Quran, Zamzam AJT, 5 November 2005)
Amsterdam, 7 Mei 2013
3.49 pm
No comments:
Post a Comment