"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu"
(QS Al Baqarah [2]: 45)
Kata penolongmu (wasta’inu) dalam ayat tersebut berkaitan dengan doa yang senantiasa kita panjatkan dalam shalat; "iyyakana’budu wa iyyakanastain ihdinashiraathal mustaqiim." (QS Al Fatihah). Kita hanya minta pertolongan kepada Allah Ta’ala, ketika kita diseberangkan dalam jembatan shiraathal mustaqiim, itu petanya.
Kenapa harus mohon pertolongan-Nya ketika diseberangkan dalam Shiraathal Mustaqiim? Karena dalam proses penyeberangan itu seorang insan akan dibersihkan, dibenarkan, diluruskan kehidupannya. Fenomenanya bisa tiba-tiba harta berkurang banyak, tiba-tiba susah mencari rezeki, tiba-tiba keluarga bermasalah, tiba-tiba terjebak hutang banyak, semua hal yang membuat kita tak berdaya.
Ingat, seorang insan pasti akan melewati suatu episode hidup dimana dia dalam keadaan tidak berdaya, kalau merasa tenang karena masih ada deposito, ada teman atau keluarga yang bisa membantu, itu namanya belum fakir. Fakir itu saat hati kita menjerit, "Ya Allah saya khawatir sekali…" Jadi kalau hati masih tenang-tenang saja, berarti belum sampai kondisi difakirkan dalam hidup.
Ketahuilah bahwa anugerah Allah itu akan turun sejauh kefakiran kita, semakin kurang fakir semakin sedikit anugerah-Nya. Saat kita tidak berdaya dalam hidup itulah saat dimana Allah hendak hadir ke dalam diri kita, Ia hendak tampil dan dikenali, kalau kita masih mengandalkan semua selain Allah, maka kehadiran-Nya akan terhijab, tak dikenali, maka kita pun tidak merasakan pengabdian yang dalam kepada-Nya.
Jadi, bersiap diri untuk menghadapi saat dimana alam semesta kita dibungkam tak berdaya; teman-teman tidak membantu, harta tidak ada, mursyid pun tidak memberi pertolongan. Dia kemudian bertanya "ayo mau kemana kamu mengadu?", baru kemudian kita bersungkur di hadapan-Nya dan berkata "ya Allah, hanya Engkau harapanku…" Kita lantas menjadi benar-benar mengandalkan Allah.
(Zamzam AJT)
No comments:
Post a Comment