Sunday, April 16, 2017

Menikah Berarti Harus Kuat Memaafkan

Forgiveness is the veiling of wrong actions.
- Ibnu Arabi, Fushush al Hikam.
Pernikahan yang berkah termanifestasi ketika suami dan istri berfungsi menjadi pakaian untuk satu sama lain (1).
Salah satu fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat juga kekurangan masing-masing.
Dalam pernikahan interaksi yang intens terjadi antara dua manusia yang mempunyai jenis kelamin dan sifat yang berbeda, latar belakang yang bisa jadi bertolak belakang, serta pengalaman hidup masing-masing dan hal lain yang membentuknya dari kecil hingga ia dewasa yang beragam. Perbedaan itu kerap kali menghasilkan friksi, gesekan yang kerap dirasa tidak nyaman. Semakin tajam friksinya semakin terasa ia menggerinda.
Jalaluddin Rumi berkata, `Menanggung dan menahan penindasan dari pasanganmu itu bagaikan engkau menggosokkan ketidakmurnianmu kepada mereka. Jika engkau telah menyadari tentang ini, maka buatlah dirimu bersih! Singkirkan dari dirimu kebanggaan, iri dan dengki, sampai engkau alami kesenangan dalam perjuangan dan penderitaanmu. Melalui tuntutan-tuntutan mereka, temukanlah kegembiraan jiwa. Setelah itu, engkau akan tahan terhadap penderitaan semacam itu, dan engkau tidak akan berlalu dari penindasan, karena engkau melihat keuntungan yang mereka berikan.`
Adalah hawa nafsu dan syahwat diri kita yang berselubung ego diri yang terlanjur lama tumbuh dan meraksasa di dalam diri yang merasa 'tertindas'. Adapun bagi jiwa, setiap proses penggosokan cermin qalb justru hal yang membuatnya semakin kuat karena semakin jernih cermin hati akan semakin terang memantulkan cahaya Ilahiyah dalam diri. Maka paradigma keberpasangan adalah bukan kita berupaya untuk mensucikan sang pasangan akan tetapi bagaimana menjadikan penyatuan yang suci ini sebagai jalan untuk berthaharah atau mensucikan diri. Rumi pun berkata,
`Siang dan malam engkau senantiasa berperang, berupaya mengubah akhlak dari lawan jenismu, untuk membersihkan ketidaksucian mereka dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka. Lebih baik mensucikan dirimu sendiri melalui mereka daripada mencoba mensucikan mereka melalui dirimu sendiri. Ubahlah dirimu sendiri melalui mereka. Temuilah mereka dan terimalah apa saja yang mereka katakan, walaupun dari sudut pandangm ucapan mereka itu terdengar aneh dan tidak adil.´
Sungguh tidak mudah untuk menerima perlakuan atau perkataan yang kita anggap tidak adil akan tetapi jika kita ingin menjadi pakaian yang baik bagi pasangan maka harus kuat untuk memaafkan. Dengan memaafkan kita juga melepaskan hati dari beban amarah yang merusak dan dendam kesumat yang membebani perjalanan kita.
Karena kita tidak tahu kapan kiamat kecil (2) berupa ajal datang menjemput, semoga kita bisa menjelang maut dengan hati yang bersih.Aamiin.[]
-----
(1)“Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”. QS. Al-Baqarah (2): 187.
(2) Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (QS Al Hijr 85)

No comments:

Post a Comment