Tuesday, December 14, 2021

 Setiap orang pada akhirnya akan menghadapi kematian. Tak ada harta dan kekuatan apapun di dunia ini yang bisa menolaknya jika itu telah datang. Tapi siapkah kita untuk menyongsong hal yang pasti itu? 


Siang malam kita sibuk mencari nafkah, mengejar cita, membangun sesuatu untuk hal yang pada saatnya akan kita tinggalkan. Tapi kadang kita lupa untuk mempersiapkan diri menjelang hal yang lebih pasti. Yaitu akhir dari perjalanan jasad di bumi ini dan awal perjalanan jiwa di alam lain.


Ketika beralih ke alam barzakh, maka jiwa akan ditanya oleh malaikat, "Man Rabbuka?" Siapa Tuhanmu? Sepertinya pertanyaan yang simpel dan kita merasa bisa menjawabnya dengan mudah. Tapi yang berpikir bahwa jawabannya mudah adalah memori dalam sel-sel saraf otak kita yang tak akan lagi berfungsi di alam barzakh nanti. Dia nanti akan menjadi santapan cacing-cacing tanah. Lantas, siapa yang akan menjawab? Akal jiwa kita. Tapi akal jiwa itu tak akan pernah bisa menjawab bahwa Sang Rabb atau Sang Pemelihara adalah Allah jika dalam kehidupan ia tak pernah mengalaminya. Karena yang dia lihat yang memelihara adalah gaji tetap itu, warisan itu, pasangan yang menjamin, keluarga yang senantiasa membantu. Jika ia tak pernah merasakan dan melihat bahwa Allah yang mendatangkan itu semua maka ia akan gagap menjawab pertanyaan dasar itu.


Disini kemudian kita paham bahwa kesempitan dalam hidup, ujian, sakit dan musibah itu perlu untuk mengoyak tirai-tirai kebergantungan kita pada hal-hal selain Allah. Sesuatu yang kita tawakali dengan tidak sadar. Agar kita melihat bagaimana kuasa Allah yang menyembuhkan walaupun dunia medis sudah angkat tangan. Bahwa kasih sayang Allah yang mengurus anak-anak walaupun berdasarkan hitungan tak akan cukup pendapatan bisa menjamin masa depan mereka. Bahwa keajaiban Allah yang membukakan jalan yang kita anggap tak akan bisa terbuka selamanya. 


Itulah kehidupan, wahana untuk mengenal Allah Sang Rabb melalui semua asma dan perbuatan-Nya.

No comments:

Post a Comment