Wednesday, December 1, 2021

 Hantu bernama "si mantan"


Berinteraksi dengan mantan istri suami itu gampang-gampang susah. Bagaikan melangkah di atas medan beranjau kita harus hati-hati jangan sampai salah memberikan respon dan berdampak mencederai hati orang.


Butuh 3 tahun bagi saya sendiri untuk menemukan the right move, so we're not stepped into each other's toe. Awalnya ganjil karena bagaimanapun kalau menikah dengan duda atau janda itu secara tidak langsung si mantan akan ada selalu dalam perhitungan khususnya jika ada anak dari pernikahan sebelumnya. Lama-lama kegerahan itu memudar dengan sendirinya seiring dengan interaksi yang semakin dalam dengan si mantan. Dalam pengalaman saya, adalah kita sebagai istri yang harus membuka jalan duluan, karena si mantan pasti banyak sungkannya, merasa diri sudah tidak memiliki hak dan bagian di rumah tangga. Maka saya raih dia dengan berlibur bersama, tinggal di rumah kami selama beberapa malam atau menyewa bungalow libiran bersama. Sesuatu yang buat ukuran orang Belanda yang cenderung bebas pun sudah dianggap "wow!". At least i got that comment a lot.


Tapi saya percaya hidup ini adalah untuk berbagi. Masa saya tega berbahagia sendiri saat liburan sementara M, mantan suami saya tinggal sendirian di apartemennya- karena keluarganya di luar negeri. Dan juga saya pertimbangkan anak tiri saya pasti senang melihat papa dan mamanya kumpul bersama di saat-saat liburan. Jadi saya belajar untuk mengesampingkan suara-suara egois dan nyinyir dari kiri-kanan yang berkata "awas lho, ntar suami balik lagi" dsb. Ah tawakal saja sama Allah. Kalau memang itu jalannya, apapun yang dari Dia pasti yang terbaik. As simple as that. I'm not afraid.


Sekarang setelah 10 tahun saya berinteraksi dengan M jujur makin tumbuh rasa sayang sama dia. Saya mengerti perjuangannya saat bercerai dan membesarkan anak sendiri secara praktis. Saya suka melibatkan dia dalam foto-foto keluarga, karena saya bilang sama dia "you are part of the family". Kadang kalau lama tak ketemu malah suka kangen. Bukti bahwa perasaan tidak enak dan negatif yang bermunculan di awal waktu tak lain hanya hantu-hantu yang tak nyata, ia hanya kepulan asap dari ketakutan kita sendiri yang tak beralasan. And there is a remedy for that, which is love and openness. Bagaimanapun keadaannya berjuang untuk menjadi orang yang menebarkan kasih. ❤

No comments:

Post a Comment