Belajar bertauhid dalam keseharian
Seringkali kita tidak sadar bahwa dalam hal-hal yang "biasa kita lakukan" itu kita tergelincir kepada menyandarkan diri dan kehidupan kepada selain Allah. Hal yang rutin seperti menerima gaji bulanan, menerima tunjangan atau bantuan berkala, mendapatkan sekian banyak kemudahan, mahir di bidang tertentu, terbiasa menuai pujian dll itu bisa secara tak sadar bertransformasi menjadi tuhan-tuhan lain di dalam diri yang kita berkiblat kepadanya dan mengendalikan kita sedemikian rupa sehingga diri menjadi terikat padanya.
Untuk melatih kelurusan dalam tauhid itu kita harus membiasakan diri berdzikir dalam keseharian. Hal-hal dalam.keseharian seperti mengantar anak ke sekolah, doakan mereka dan jangan sampai hati bersandar pada kecanggihan dan reputasi sekolah. Karena sebaik apapun teorinya sebuah institusi tak akan berbuah baik jika hanya mengandalkan lembaga tersebut.
Saat membantu anak-anak mengenakan jaket agar terlindung dari dingin, iringi dengan bismillah dan kesadaran bahwa Allah Yang melindungi dan memberi kehangatan. Jangan sampai tergelincir mengandalkan kecanggihan teknologi dan merk jaket semahal apapun itu.
Saat makan, berdoa dan dzikir dengan sebuah kesadaran bahwa bukan makanan ini pada hakikatnya yang membuat kenyang. Karena makan sebanyak apapun bisa tetap lapar jika sistem tubuh dibuat kacau, ini terjadi pada penderita diabetes misalnya.
Di setiap apapun yang dikerjakan upayakan jangan menyandarkan diri pada upaya itu. Agar hati tawakal 100% kepada Allah Ta'ala, bukan pada sebab akibat. Supaya kita tidak melukai perasaan-Nya. Dia Yang Maha Pengasih yang sudah memberi karunia tak terhingga sedemikian rupa hingga tak mampu kita sebenarnya berterima kasih dengan memadai atas semua kebaikan-Nya yang melimpah.
- Renungan seorang ibu saat menyiapkan jaket musim dingin untuk anaknya
No comments:
Post a Comment