Kalau sedang menghadapi writer's block, sebuah kondisi dimana inspirasi untuk menulis seakan mandeg biasanya setelah shalat saya pergi ke stasiun kereta api atau bandara. Entah kenapa dinamika yang ada disana begitu mengagumkan untuk saya. Melihat orang lalu-lalang berjalan kebanyakan dengan ritme cepat kalau tidak agak berlari mengejar sesuatu. Ada juga pemandangan haru seperti perpisahan atau pertemuan dengan orang yang dikasihi. Selain itu saya perhatikan orang-orang yang bekerja di sana, para petugas kebersihan petugas keamanan, petugas bandara, penjaga toko, penjual suvenir dll. Bagaimana orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Probably its the sense of purpose yang membuat saya betah berlama-lama memerhatikan keadaan seperti ini. Betapa orang berjalan dengan tujuan tertentu. Beda cara jalannya dengan orang yang luntang-lantung tak mengerti mau kemana, apalagi tersesat, terlihat rona panik di wajahnya.
Hidup itu seperti itu. Kita perlu a sense of purpose agar jatah nafas setiap saat bisa digunakan sebaik-baiknya. Agar tidak mudah patah dan rapuh menjalani kehidupan. Agar tak gampang didera oleh kebosanan. Kalau tidak kita akan luntang-lantung mengerjakan sesuatu yang tanpa arah dan terjebak oleh ilusi mengejar sebuah pepesan kosong. Tahu-tahu peluit panjang dibunyikan. Seluruh isi stasiun harus dikosongkan. Kiamat terjadi, baik itu kiamat kecil berupa kematian maupun kiamat besar berupa runtuhnya eksistensi alam semesta.
Jangan sampai saat peluit berbunyi kita tak membawa bekal apapun untuk kehidupan di tujuan berikutnya. Rugi besar, na'udzubillah...
- Amsterdam Central Station, 13.24
8 Nov 2021
No comments:
Post a Comment