Tuesday, November 23, 2021

 Syariat agama itu tujuannya membawa ketenangan hati. Hanya saja hawa nafsu dan syahwat yang enggan untuk dikekang dan diatur itu saja yang selalu protes dan berkeberatan. Dan memang kalau ditelaah lebih dalam banyak persoalan dalam hidup itu ditimbulkan oleh dua oknum tadi yang belum ter-manage dengan baik.


Hawa nafsu misalnya inginnya selalu kelihatan unggul, cemerlang, keren dan paling tidak mau merasa dikecilkan, tidak dianggap atau kurang dari yang lain. Maka gara-gara mendengarkan hawa nafsu orang bisa cenderung memaksakan diri membeli hal yang tidak perlu bahkan memaksakan diri membeli sesuatu walaupun harus nyicil sampai ubanan.


Syahwat pun dayanya tak kalah hebat. Dia selalu ngiler dengan elemen-elemen keindahan dunia. Lihat mobil baru, pengen. Lihat hape baru, pengen juga. Lihat laki-laki atau perempuan yang baru dan tampaknya lebih kinclong, eh ngebet juga. Duh, repot kita dibuatnya. Keinginannya tidak ada habis-habisnya. 


Maka dalam permasalahan syahwat saja misalnya, agama memberikan arahan. Misalnya ada hadits Rasulullah yang menganjurkan kalau seseorang melihat orang lain yang menarik hatinya sedemikian rupa hingga syahwatnya menjadi bergelora maka solusinya bukan dengan ngoyo bikin pe-de-kate dan merakayasa skenario untuk mendapatkan di kecengan itu. Tapi kalau sudah nikah, ya kembalilah melampiaskan syahwatnya dengan pasangan yang halal. Kalau belum punya pasangan? Shaum , itu cara melemahkan daya syahwat.


Kalau satu hal ini saja dipatuhi dengan baik, rasanya bisa memotong sekian banyak drama dalam kehidupan misalkan yang diakibatkan oleh kehadiran pihak ketiga yang bahkan bisa memporak-porandakan sendi-sendi rumah tangga. Tapi kalau memang sudah terjadi, apa daya. Bagaimanapun ada izin Allah di balik hal yang tampaknya akal kita masih pusing untuk mencernanya. Caranya, istighfar banyak-banyak, shalat dengan baik dan bangun ketaqwaan kepada Allah. Karena dengan hati yang taqwa maka Allah akan mengajari. Toh kita butuh Allah ajari agar bisa memahami kenapa hal seperti itu Dia izinkan terjadi?

No comments:

Post a Comment