Sebenarnya bukan orang lain yang membuat kita bersedih atau menderita. Akan tetapi ketergantungan kita kepada mereka yang membuat kita sedemikian rupa rentan oleh perubahan yang ada.
Orang yang demikian terbiasa menggantungkan diri dan penghidupannya pada orang lain akan kepayahan ketika mereka yang diandalkan menjadi tempat sandarannya itu tiba-tiba tidak bisa memenuhi apa yang diharapkan. Obyek sandaran itu bisa jadi pasangan hidup, pekerjaan, orang tua, saudara, teman-teman yang biasa selalu dapat diandalkan memberikan pertolongan atau perhatian.
Selagi ia masih terbiasa mengandalkan selain Allah untuk menjamin penghidupannya, selama itu juga sebenarnya ia kehilangan sebuah kesempatan untuk betul-betul mengenal Allah sebagai Rabb. Karena terhalang oleh pemelihara-pemelihara yang merupakan perantara-perantara-Nya.
Jika seseorang dirahmati oleh Allah Ta'ala, maka ia akan memasuki sebuah "masa pengeringan" dimana semua hal yang biasanya dia dapat andalkan tiba-tiba berantakan, apa yang biasanya cepat memberi solusi dibuat menjauh dan sulit. Sebuah kondisi yang membuatnya menjadi fakir, sehingga ia jatuh bersimpuh dan kembali memalingkan wajah hatinya kepada Allah Sang Rabbul 'Alamiin.
Di awal waktu proses ini akan terasa menyakitkan, seperti bayi yang menangis tatkala memasuki waktu penyapihan. Tapi ini satu-satunya jalan untuk menyapih ketergantungannya kepada dunia. Hingga dia mengenal dan membangun keakraban dengan Sang Maha Pemelihara dan tidak menggantungkan hidup dan kebahagiaannya kepada obyek-obyek selain-Nya yang fana itu.
No comments:
Post a Comment