Memang salah satu hal yang paling sulit adalah mengenali keburukan diri sendiri. Seperti kata pepatah,
"Kuman di seberang laut nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak"
Lebih mudah melihat keburukan orang dan menghakimi orang dengannya dibanding berani memandang keburukan diri sendiri dan mengakui keadaan diri di saat itu apa adanya.Sering, saat keburukan ditampakkan oleh Allah di cermin semesta kehidupan kita, respon kita malah melempar cermin itu. Lagi-lagi seperti kata pepatah,
"Buruk rupa cermin dibelah"
Mungkin yang tampak adalah pasangan yang rewel atau nyebelin. Atau kelakuan anak yang bikin kita mengelus dada banyak-banyak. Atau tingkah polah rekan kerja yang bikin aksi atau fitnah sedemikian rupa yang membuat kita emosi. Tapi kalau pandangan kita terpaku pada "bayangan-bayangan dalam cermin" dengan tanpa melihat obyek yang sebenarnya, maka semua pertolongan dari Allah untuk membaca diri dan mengenal jiwa kita itu menjadi sia-sia bahkan menjadi bumerang yang menambah tumpukan penyakit hati.
Maka mesti sabar menghadapinya. Kesel sih iya, pengennya meluapkan kemarahan. Justru pelajaran awal bagi para salik - pejalan menuju Allah - menurut Ibnu Arabi dalam bukunya "Adab para Salikin" adalah agar kita menahan marah. Kalaupun marah, upayakan agar tidak kelihatan marah. Nah, gimana tuh, tidak mudah tentunya tanpa pertolongan Allah. Justru itu, memang desain dunia akan dibuat sedemikian rupa agar kita merasa fakir, butuh betul pertolongan Allah di setiap saat.
Jadi ingat, saat melihat keburukan di saudara kita. Respon hati harus istighfar dan minta Allah yang mencabut keburukan di hati kita, karena dunia sekitar kita adalah cermin tiga dimensi yang demikian canggih yang merefleksikan kondisi hati dari saat ke saat. Kalau isi hati cahaya maka akan terpancar sebagai kebaikan. Sebaliknya jika di bagian hati ada kegelapan maka akan terwujud menjadi keburukan. Istighfar dan mohon Allah mengampuni. Sebagaimana kata Imam Ali, "Cabutlah kejahatan yang ada di saudaramu dengan mencabutnya dari dadamu."
Amsterdam, musim semi yang panas-dingin 28 Maret 2025, jelang akhir Ramadhan dan ujian mendapat rekan kerja yang alhamdulillah nyebelin. Astaghfirullah, cermin hati...