Menjadi bahagia itu sederhana.
Ia tak perlu syarat ini dan itu.
Tak perlu kemewahan dunia atau pengkondisian tertentu.
Memang kita kadang membuat susah diri sendiri dengan membuat batasan tentang kebahagiaan.
"Aku akan bahagia kalau sudah menikah". Jadinya selama masa penantian kurang bahagia jadinya.
"Aku akan bahagia kalau bisa beli rumah". Jadinya selama menabung sampai masanya tiba bisa membeli rumah jadi merasa kurang bahagia.
"Hidupku akan sempurna jika punya anak". Akhirnya setiap kali gagal mendapat anak dia merasa semakin terpuruk.
Kenapa harus membuat syarat untuk bahagia alih-alih membiarkan rasa bahagia itu datang dengan sendirinya. Karena bahagia itu adalah ketika kita mensyukuri apa yang ada, di saat ini, di detik ini, di bumi yang kita pijak hari ini juga. Jika kita bisa tersenyum kepada ketetapan-Nya dan menerima dengan tulus. Itulah bahagia. Tak perlu syarat apapun. Bahkan di tengah kekalutan dan kisruhnya kehidupan pun kita masih bisa merasa bahagia. Bukan berarti harus tertawa dan nampak ceria terus. Karena kita bahkan bisa merasa 'bahagia' di tengah kesedihan yang melanda. Bahagia karena tahu bahwa Allah senantiasa memegang kita. Bahwa semua kejadian terjadi dengan izin-Nya. Dan kalau Dia mengizinkan sesuatu terjadi pastilah banyak hikmah dan kebaikan di dalamnya. Itu yang coba kita gali. Asal sabar saja.
Jadi, mari kita berbahagia dengan kondisi apapun yang ada. Semua datang dari goresan takdir-Nya Yang Maha Adil dan Maha Penyayang. Hidup itu sederhana wahai sahabat. Jangan dibuat jadi rumit!
Amsterdam, di musim semi yang hangat.
Jumat, 7 Maret 2025 / 7 Ramadhan 1446 H. Pukul 14.50
No comments:
Post a Comment