Merasa berat menjalani kehidupan?
Hari ke hari sepertinya seperti beban yang tanpa henti?
Rasanya mumet terus pikiran dan hati ruwet?
Desain kehidupan dunia memang dibuat agar manusia tidak merasa nyaman di dalamnya. Ini hal yang kita sering lupa. Bahwa kita hanya sekadar singgah di alam ini, mengumpulkan bekal dan berjalan ke alam lain dalam sebuah perjalanan panjang. Nabi Isa a.s. berkata, "Dunia adalah bagaikan jembatan. Dan tidak ada orang yang membangun rumah di atas jembatan." Rumah adalah lambang sebuah status quo atau kenyamanan. Bukan berarti Allah tidak ingin kita menikmati kehidupan. By all means, berbahagialah dan nikmati setiap saat yang ada. Akan tetapi agar kita tidak tenggelam dalam dunia dan lupa orientasi akhirat dan jangan panjang kita.
Masalah itu karenanya adalah sebuah hal yang melekat dalam kehidupan dunia. Dan manusia sebenarnya perlu diselimuti oleh takdir yang berupa masalah dan kesempitan hidup. Karena kalau hidup lapang dan mudah kita akan cenderung lupa Allah dan tidak menghadap kepada-Nya. Sementara kematian selalu mengintai dan kita akan kehilangan ma'rifat. Na'udzubillahimindzaalik.
Karena masalah itu bagian dari kehidupan maka kita tidak perlu kaget dengan hadirnya ujian karena hati sudah selalu pasang kuda-kuda. Berikutnya, langkah paling cerdas untuk menghadapi masalah - apapun itu - adalah bertanya dan meminta panduan kepada Dia yang mengirimkan semua itu, karena hanya Dia yang mengetahui respon yang paling tepat dalam menghadapinya dan apa, bagaimana serta kapan tibanya jalan keluar yang terbaik. Jika kita selalu berupaya untuk berserah diri kepada qadha (ketetapan)-Nya dan mengembalikan semua kepada-Nya, hidup jadi lebih ringan dijalani. Bukan berarti masalah tiba-tiba hilang dalam sekejap. Dia mungkin masih ada dan kita masih harus sabar menjalaninya bahkan bertahun-tahun lamanya. Tapi kesadaran dan pengetahuan yang Allah teteskan ke dalam dada kita akan membuat kita menjadi lebih memaknai setiap episode kehidupan, sepahit dan seberat apapun itu. Kesadaran itu yang membuat kita lebih ringan dan hati bisa tersenyum dalam menjalaninya.
Jadi, kuncinya, libatkan selalu Allah. Karena Dia selalu menanti kesiapan kita dalam taubat, kembali menghadapkan diri kepadanya.
Amsterdam, musim semi yang hangat, 10 Maret 2025 / 10 Ramadhan 1446 H
No comments:
Post a Comment