Sufi sejati adalah seseorang yang berjuang untuk mengecilkan egonya setiap saat, hingga 'Bagaikan unta memasuki lubang jarum' (Al Qur'an).
Apa yang dimaksud dengan egoisme?
Yaitu apapun, baik itu pikiran, tindakan, sikap yang mementingkan diri sendiri. Ini untuk'ku', ia milik-'ku', 'aku' tersinggung', bukan 'gue' banget, bukan tipe'ku', suami-'ku', anak-'ku', harta-'ku' ..dan banyak 'aku'-'aku' yang lain. Apapun yang berfokus pada si 'aku'.
Yaitu apapun, baik itu pikiran, tindakan, sikap yang mementingkan diri sendiri. Ini untuk'ku', ia milik-'ku', 'aku' tersinggung', bukan 'gue' banget, bukan tipe'ku', suami-'ku', anak-'ku', harta-'ku' ..dan banyak 'aku'-'aku' yang lain. Apapun yang berfokus pada si 'aku'.
Di sisi lain adalah wajar jika setiap manusia memiliki ketertarikan dan kemelekatan pada apapun yang disukainya. Pada saat yang bersamaan ketergantungan hatinya pada obyek-obyek itu membuatnya merasa was-was, takut, khawatir akan kehilangan hal yang dicintai hingga hidupnya tidak tenang.
Lalu, bagaimana seseorang bisa menjembatani kedua hal tersebut?
Seorang Sufi dapat lebih ringan melaluinya dengan cara BERSERAH DIRI, meleburkan diri untuk tiada. I AM NOTHING, I AM NO ONE.
Seperti yang Syamsuddin Tabrizi katakan, "Manakala diri sendiri tiada, maka Allah akan muncul..."
Seorang Sufi dapat lebih ringan melaluinya dengan cara BERSERAH DIRI, meleburkan diri untuk tiada. I AM NOTHING, I AM NO ONE.
Seperti yang Syamsuddin Tabrizi katakan, "Manakala diri sendiri tiada, maka Allah akan muncul..."
(Terjemahan bebas dari 'Practical Sufism' oleh Syaikh Kabir Helminski)
No comments:
Post a Comment