Iblis mendatangi seorang abid yang telah bertahun-tahun memohonkan satu hal kepada Tuhannya, dengan kelihaiannya dalam bertipu muslihat iblis berkata kepadanya, "Duhai kawanku, sungguh kasihan engkau bertahun-tahun berdoa namun tak ada tanda bahwa Tuhanmu yang kau sembah mengabulkan permohonanmu, barangkali Dia bahkan tidak mendengarmu. Sungguh aku adalah pengabul doa yang lebih baik, mintalah kepadaku!"
Dalam kesempitan yang demikian menghimpit sang abid tawaran iblis nyaris terdengar seperti solusi yang masuk akal, namun keyakinannya yang dalam kepada Tuhannya membuat ia tidak bergeming mengetuk pintunya. Malam itu -setelah menampik permintaan si iblis - sang abid pun tertidur dalam keadaan wajahnya masih dibasahi air mata yang tidak berhenti mengalir dari pipinya. Saat tertidur itulah ia bermimpi berjumpa dengan orang tua bijak yang datang menyapanya dan membawa berita, "Wahai abid yang sholih, aku membawa pesan dari Tuhanmu yang mengatakan bahwa setiap kali lisanmu berkata 'wahai Tuhan' itulah ketika doamu ia kabulkan. Sebetulnya mudah saja bagi Tuhanmu untuk memenuhi permintaan apapun yang kau inginkan, akan tetapi Dia senang mendengar doamu yang datang dari lubuk hati yang terdalam dan apalah artinya pemberian dibandingkan kedekatan dengan Sang Pencinta. Bergembiralah karena sesungguhnya engkau selalu dalam tatapan cinta-Nya."
(Inspirasi dari Matsnawi III: 189-197. Jalaluddin Rumi)
No comments:
Post a Comment