Ibnu Abbas ra berkata: “Ketika Allah SWT menjadikan
Arsy, lalu menyuruh malaikat memikulnya. Para malaikat merasakan amat berat memikulnya. Kemudian Allah SWT menyuruh malaikat berzikir "Subhanallah". Kemudian saat para malaikat membacanya, jadi terasa ringanlah amanah memikul Arasy dan setelah itu mereka berzikir (kalimat tasbih) tersebut selama-lamanya.”
---
Kita semua mempunyai beban kehidupannya masing-masing, yang setiap beban pemikulan sudah ditakar dengan tepat oleh Sang Pencipta agar sesuai dengan kemampuan sang pemikul.
Keberatan hati kita saat memikul amanah hidup biasanya muncul karena tidak paham akan hakikat dan maksud episode menanggung beban ini, sehingga tidak sedikit manusia yang mencoba melarikan diri dari kesulitan yang harus ditanggung untuk menunaikan amanahnya.
Kalimat tasbih (subhanallah) yang dapat berfungsi meringankan beban yang ditanggung oleh para malaikat di atas tentu bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimulai dengan mulai membiasakan membasahi lisan kita dengan tasbih, lalu disertai dengan pemahaman bahwa "subhanallah" berarti mengalirkan diri dalam aliran takdir-Nya. Seperti halnya perahu kertas yang mengalir dalam arus sungai, ia tidak berontak sehingga dapat mengalir dengan mulus.
Tidak mudah memang untuk mengalirkan diri dalam kehendak-Nya, butuh langkah besar awal berupa penerimaan yang komplit. Kita terima diri kita apa adanya, pasangan kita apa adanya, keluarga kita apa adanya, pekerjaan per hari ini apa adanya dan hal-hal lain yang Dia hadirkan dalam genggaman kita. Mental menerima (nrimo) membutuhkan kesadaran bahwa kita adalah hamba yang tak berdaya di hadapan ketetapan-Nya, namun hal yang menakjubkan adalah justru pada saat yang bersamaan saat kita menerima kefakiran diri kita kekuatan Ilahiyah akan mulai terasa di dalam diri, karena saat kita menerima semua amanah diri tersebut secara mental kita tengah berjarak dengan mereka dan mulai mengidentifikasi semua itu sebagai sebuah pemberian yang ditata dengan sangat baik dalam pengaturan-Nya, maka pada saat itu beban kita mulai terasa berkurang, karena sadar bukan kita yang menanggung dan bertanggung jawab atas semua itu, namun Dia Sang Maha Pencipta. Adapun tugas kita hanya melakoni semua skenarionya dengan baik, menjadi bahtera yang mengalir dengan tenang.
No comments:
Post a Comment