Salah satu pelajaran berharga yang saya serap selama tinggal di Belanda dalam kurun waktu 3 tahun ini adalah dengan diperlihatkan fenomena beberapa perempuan Indonesia yang menikah atau mempunyai calon orang Eropa namun khawatir tentang keyakinan sang laki-laki yang tidak seiring dengannya. Sangat dimengerti apabila para perempuan itu mendambakan seorang pendamping hidup yang juga bisa menjadi imam dalam keluarga dan membimbing anak-anaknya untuk beribadah dengan jalan yang juga ia pilih.
Akan tetapi kenyataannya pola pikir dan budaya orang-orang Eropa berbeda, pun mereka dibesarkan dalam dunia yang berbeda. Mereka terbiasa berpikir dan berbicara kritis, setiap hal ditanyakan kenapa harus begini, kenapa harus begitu? Dan kalau dirasa belum masuk akal maka jangan harap mereka mau melakukannya, padahal butuh waktu untuk bisa mengerti dan mencecap inti dari ajaran syariah Islam. Pun berseberangan keyakinan atau pendirian juga hal yang biasa disini, we can agree to disagree and moving on the relationship. Maka bisa jadi tidak adil untuk memaksakan mereka merubah dirinya demi mengikuti keinginan sang perempuan. Singkat cerita banyak perempuan muslim Indonesia yang menikah dengan laki-laki yang hanya mengucap syahadat saat sebelum nikah dan kemudian tidak melakukan syariat agama. Inilah tipe muslim yang tidak sedikit jumlahnya di benua Eropa (juga mungkin di Indonesia, mereka yang disebut muslim ktp). Makanya mursyid saya berpesan, "Tessa sedang Allah ajari bagaimana menghadapi tipe muslim yang demikian."
Kunci menghadapinya sederhana, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.s. Muhammad: 7)
Perempuan-perempuan yang diberi takdir seperti ini harus memerankan diri sebagai pilar ruhani dalam keluarga. Melanjutkan pesan mursyid saya, "sang perempuan harus menjadi pilar ruhani yang kokoh, nanti anak-anak dan suami akan mendapatkan berkahnya."
Perempuan-perempuan yang diberi takdir seperti ini harus memerankan diri sebagai pilar ruhani dalam keluarga. Melanjutkan pesan mursyid saya, "sang perempuan harus menjadi pilar ruhani yang kokoh, nanti anak-anak dan suami akan mendapatkan berkahnya."
#keep on dancing!
No comments:
Post a Comment