Friday, August 19, 2016

Menyikapi Kebandelan

"Bisa jadi kebandelan seseorang menjadi jalan untuk mengungkap suatu kebenaran."
- Zamzam AJT, mursyid penerus Thariqah Kadisiyah
Setiap orang pasti dipertemukan dengan episode bandel dalam hidupnya, entah itu kebandelan diri di masa lalu, bandelnya anak kita, atau diuji dengan bandelnya pasangan.
Makan ati?
Iya!
Cape menghadapinya?
Tak diragukan lagi!
Tapi itulah kehidupan, selalu punya cara untuk menyeret kita keluar dari zona nyaman yang dibentuk oleh pikiran kita sendiri.
Suka atau tidak suka kita harus menghadapinya. Karena seorang ksatria tidak akan lari dari peperangan. Kalau zaman dahulu para sahabat diuji melalui peperangan secara fisik, maka peperangan yang kita hadapi sekarang kebanyakan adalah perang melawan kemalasan kita, menerjang keengganan kita untuk melaksanakan amanah, mengendalikan amarah, menegakkan kesabaran dan menyingkirkan waham dunia.
Sangat membantu apabila kita memiliki kesadaran bahwa dibalik ditakdirkannya kita untuk merumat kebandelan diri, anak atau pasangan itu tersimpan mutiara kebenaran (al haq) yang menjadi bekal yang sangat berharga di dunia dan akhirat* . Maka sikap yang paling baik menghadapi jatah mengurus kebandelan adalah menerima, bersabar dan lebih baik lagi bersuka citalah! Karena kita tengah membuka sebuah hadiah yang bernilai berat di timbangan yaumil akhir nanti.
===
* Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (al haq), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS: Al'a'raf 8-9)

No comments:

Post a Comment