Sebagaimana kita tahu perubahan yang terjadi di tengah wabah Covid-19 ini luar biasa. Kematian banyak orang di seluruh belahan dunia bisa jadi hanya gelombang tsunami awal dari sebuah resesi ekonomi yang memiliki dampak yang lebih besar. Banyak bisnis akan kolaps, gelombang pengangguran akan meningkat, kemiskinan meningkat tajam, biasanya diikuti oleh angka kriminalitas yang juga meroket. Demikian kelabu gambaran ekonomi masa depan, barangkali juga yang sempat diraba oleh Thomas Schaefer, menteri keuangan Jerman yang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Naudzubillah.
Gelombang depresi tak terelakkan makin meningkat utamanya di tengah krisis dan ketidakpastian ini.
Sebelum kita lihat tuntunan Allah dalam Al Quran untuk keluar dari depresi. Kita lihat dulu definisi “Depresi” menurut American Psychiatric Association.
What is depression?
It is a common and serious medical illness that negatively affects how you feel, the way you think and how you act.
Pertama, ini sebuah penyakit medis yang cukup umum. Barangkali seumum darah tinggi dan diabetes yang sering kita dengar sehari-hari. Tapi depresi bisa berakhir fatal karena ia secara negatif memengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku kita.
Gejala depresi bisa bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Tapi intinya satu, menunjukkan respon tidak normal. Karena manusia normalnya itu beraktivitas, berfungsi. Kata Nabi Daud dalam Injil, “Sebagaimana burung diciptakan untuk terbang dan ikan untuk berenang maka manusia diciptakan untuk bekerja atau beraktivitas”. Di ayat lain bahkan lebih keras lagi dikatakan manusia yang “idle” alias nganggur itu jadi santapan syaithan. Artinya dia akan cenderung mengerjakan sesuatu yang ngaco dan sesat. Maka orang-orang yang harus menjalani kehidupan di penjara pun diberikan berbagai pilihan untuk beraktivitas. Pokoknya yang namanya manusia itu wajib menggunakan potensi akal pikirannya kalau tidak mau jadi zombie. Begitulah kira-kira.
What causes depression?
Belum ada yang tahu pasti, ini penyakit masih misteri. Maka tidak jarang yang kecolongan. Orangnya terlihat seperti happy-happy saja, eh tahu-tahu beberapa hari kemudian menembak kepalanya sendiri atau gantung diri. Naudzubillah.
Depresi kemungkinan disebabkan oleh banyak hal, jadi sangat kompleks. Biasanya kombinasi dari hal yang sudah terjadi lama, jadi bukan dua atau tiga hari lalu. Digabungkan dengan jenis kepribadian tertentu yang susah move-on dan inginnya semua serba perfect. Kemudian situasi juga bisa mencetuskan depresi seperti keadaan lockdown di tengah wabah seperti sekarang, kehilangan pekerjaan lalu lama tidak dapat pekerjaan pengganti – karena kalau sekadar hilang pekerjaan lalu seminggu kemudian dapat pekerjaan baru biasanya tidak akan sampai menjerumuskan menjadi depresi. Lalu situasi hubungan yang tidak baik misalkan dengan orang tua, adik-kakak atau antara suami istri.
Selain kemungkinan penyebab depresi diidentifikasi juga kemungkinan keadaan yang menjadi faktor risiko depresi. Misal ada anggota keluarga lain yang terkena depresi maka bertambah kemungkinan kita lebih rentan feeling blue juga. In addition to that, kombinasi mematikan dengan penggunakan drugs dan alkohol saling memicu timbulnya depresi ini. So, when you are feeling blue stay away from drugs and alcohol. Selain haram dan tidak disukai Allah itu malah membuat keadaan kita makin terpuruk.
Depression in Al Quran
Al Quran tidak secara “letterlijk” menyebutkan kata depresi tentunya, kata “depresi” berasal dari Bahasa Latin “deprimere” yang artinya “to press down”. Kata “depresi” baru menjadi tren setelah digunakan oleh seorang penulis Inggris bernama Richard Baker di tahun 1665. Kata yang sama dipakai di dalam kasus psikologi juga ekonomi, like “great depression”.
Dulu, orang sudah mengendus mengenali gejala-gejala depresi. Di masa Yunani kuno hal ini disebut sebagai “melancholia” – orang menjadi berpenampakan mellow, yang diduga juga karena ada ketidakseimbangan di dalam diri seseorang. Hippocrates, the father of medicine sudah mulai menuliskan itu di buku Aphorisms yang menjelaskan sebuah rasa takut dan kesedihan yang berlarut-larut.
Kata “kesedihan” ini yang ada padanannya dalam Al Quran, yaitu “tahzan” artinya berduka cita. Kata yang memiliki akar kata yang sama ada 42 kali dalam Al Quran.
Sebuah kesedihan yang dalam karena kehilangan Yusuf, anak lelaki yang dicintainya misalkan digambarkan membuat mata Yaqub as menjadi putih (QS 12:84).
Kesedihan ibunda Musa as yang harus menghanyutkan anaknya di dalam keranjang di sungai Nil dengan perintah Tuhan untuk menghindari pembantaian bayi laki-laki Bani Israil di seantero negeri Mesir yang saat itu dititahkan oleh Firaun. (QS 28:13)
Lantas bagaimana petunjuk dari Al Quran untuk keluar dari kesedihan?
Kita lanjut di tulisan berikutnya insya Allah.
No comments:
Post a Comment