Tuesday, January 19, 2021

 

DUA PENJUAL BUAH

Ada dua orang penjual buah yang menjual variasi dagangan yang persis sama. Lapak mereka pun terletak tidak jauh satu sama lain. Walaupun sekilas satu sama lain seperti kompetitor, pada praktiknya mereka justru saling membantu. Mereka paham betul rezeki tidak akan  kemana, masing-masing sudah ada pelanggannya sendiri-sendiri hingga tak perlu berebutan atau saling mendengki.

Puluhan tahun sudah berlalu, kedua penjual buah ini masih mencari nafkah berdampingan. Tak banyak yang berubah dari jualan mereka yang itu-itu saja. Satu-satunya mungkin yang nampak berbeda adalah bertambahnya keriput di kulit mereka dan rambut mereka yang makin memutih.

Ini adalah realita kehidupan yang ditampakkan oleh dua penjual buah. Bahwa rezeki itu ada yang mengatur. Walaupun berdampingan, tak perlu merasa tersaingi atau terancam berkurang rezekinya. Berpuluh tahun sudah mereka membuktikannya. Rezeki di tangan Tuhan itu sudah bukan jargon semata baginya, mereka sudah mengalaminya sehari-hari.

Sedangkan kita?

Mana yang kita lebih yakini, rezeki yang ada di tangan Allah, atau yang ada di tangan para pemilik perusahaan tempat kita bekerja?

Mana yang lebih kita harapkan, rezeki yang dipersiapkan oleh Allah atau bisnis kita yang kita harap-harapkan labanya?

Mana yang lebih menjadi sandaran kita, jumlah saldo yang ada di rekening kita atau jaminan hayathan thayyiba yang Allah janjikan kepada mereka yang bertaqwa?

Di titik ini kita mesti betul-betul meneropong hati masing-masing. Jangan-jangan kita kalah tawakal dibanding kedua penjual buah itu.[]

No comments:

Post a Comment