Thursday, January 28, 2021

MARAHAN
Saya sedang memasak di dapur ketika temannya anak saya berlari keluar rumah untuk pulang sambil bercucuran air mata, sebuah adegan yang dramatis. Anak saya pun tak kalah dramatisnya, berkali-kali berkata kencang ke arah dia "I'm sorry...i'm sorry..." Jelas, keduanya baru saja beseteru. Saya peluk dia dan memberinya waktu untuk menenangkan diri. Butuh beberapa lama untuk akhirnya mengerti duduk persoalannya, sambil menunggu emosi si anak mereda.
Ternyata permasalahannya adalah ketika mereka main Maincraft bersama anak saya nyeletuk "You're not good at it" dan itu membuat temannya sedih luar biasa hingga langsung berhenti bermain dan pulang ke rumahnya.
Peristiwa ini menjadi topik utama saat kami makan malam. Sebagai orang tua kami menekankan tidak baik kalau menyakiti hati seseorang. Rumi bilang berkali-kali "Yes, but i said i'm sorry..." Kami pun merangkulnya. But the thing is, the damage is already done. Jika kita menzalimi orang lain, bahkan walaupun tidak sengaja, harus bersifat ksatria meminta maaf. Akhirnya kami sepakat, kalau teman ini yang biasanya datang setiap hari - kemudian tidak datang lagi keesokan harinya gara-gara kejadian ini, maka kita sekeluarga akan berkunjung ke rumahnya, just to ask "how are you" di teras rumahnya (karena masa lockdown dan pandemi, jumlah tamu dibatasi satu orang saja). Tidak hanya itu, malam itu juga saya kirim pesan chat ke ibunya si anak itu, menanyakan kabarnya. Ibunya mengatakan bahwa anaknya bisa sangat sensitif kadang-kadang dan meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.
Ok, but we have to wait...
Keesokan harinya. Kami menunggu, jika sampai jam 2 siang anak ini tidak datang ke rumah, kami siap akan mengunjungi rumahnya. Tapi tiba-tiba bel berbunyi tepat pukul 1 siang. Anak itu datang kembali! Dengan wajah riang seperti biasa, seperti tak pernah ada masalah sebelumnya. Saya tanya tentang kejadian kemarin, dia malah yang minta maaf sambil berkata "I cannot control my emotion." Dalam hati saya kagum, dia yang disakiti tapi dia yang minta maaf. Dan Rumi pun kembali minta maaf.
Sekarang keduanya sudah main kembali seperti biasa. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari 24 jam untuk berbaikan dan tidak marahan lagi. Kadang anak-anak bisa jadi lebih dewasa dibanding orang dewasa sekalipun terutama dalam menghadapi kasus marahan ...
*lesson learned

No comments:

Post a Comment