Friday, May 20, 2022

 "Kasihan ya si anu, akhir hayatnya serba kekurangan. Mobil dijual, rumah disita, harta habis semua..."


Dulu kalau saya mendengar ada orang nasib hidupnya seperti itu respon hati saya ikut mengasihani. Seolah Allah menimpakan azab kepada orang tersebut. Tapi sekarang saya belajar melihat sisi lain dari sebuah kekeringan dalam kehidupan.

Saya justru melihat mereka yang disempitkan di akhir hidupnya, entah itu dibuat sakit, harta, jabatan dan kekayaan dibuat hilang, semua itu adalah sebuah pertolongan dari-Nya. Justru itu sebuah mekanisme pembersihan yang berupa rahmat agar yang bersangkutan pulang ke hadirat-Nya tanpa harus mempertanggungjawabkan banyak hal.

Kenapa demikian? Karena manusia itu sebenarnya harus dalam keadaan 'kering' ketika beranjak ke alam berikutnya. Dalam arti sudah mengeluarkan dan mensedekahkan semua hal yang Allah miliki baik itu berupa kekayaan yang fisik maupun berupa potensi, kepintaran dsb.

Oleh karena itu makna lain dari "al ashr" yang kerap diterjemahkan dengan "sang waktu" adalah "memeras". Jadi setiap orang sebenarnya dalam keadaan merugi jika ia tidak memeras habis dirinya dengan iman dan amal shalih, dan mempertukarkan al haq dan kesabaran dalam hidupnya.

Sudut pandang seperti ini begitu menenangkan, karena dengannya saya bisa lebih memaknai warna takdir kehidupan lain semenyakitkan dan sesulit apapun kelihatannya. Menyadari betapa Dia sungguh Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang...

Amsterdam, 20 Mei 2022 / 19 Syawwal 1443 H, pkl 15.37 sore di tengah rintik hujan jelang akhir musim semi

No comments:

Post a Comment