Tuesday, May 17, 2022

 LANGSUNG DIHAJAR


Jangan kaget, dalam hidup kemalangan demi kemalangan bisa muncul gara-gara ada sesuatu yang sebenarnya tidak boleh nangkring di hati kita. Sesuatu seperti sombong, dengki, dendam, bangga diri, riya dll.

Contohnya, berdasarkan pengalaman pribadi kalau hati mangkel sama orang bahkan cenderung mencela orang tersebut diam-diam - tak ada orang yang tahu selain Tuhan dan kita, maka tak lama kemudian ada musibah menimpa. Pernah saya misuh-misuh sama rekan kerja sampai kesal sekali mengumpat halus - ga ada yang dengar - mengatakan "idiot!". Hati nurani langsung membaca saat itu bahwa itu adalah sebuah celetukan yang tidak baik. Tak lama kemudian entah kenapa ada loyang jatuh menimpa muka saya dan mendarat dekat ke bibir - lisan yang tadi mengumpat itu. Ouch, satu sentimeter kulit saya tergores berdarah. Istighfar...

Atau di suatu waktu, saya merasa rada bangga diri tuh, bisa ini dan itu. Cepat mengerjakan ini dan itu. Melambung hati. Kurang istighfar. Eh bener dong, ga lama kemudian saya dibuat bloon, menanyakan sesuatu dalam forum pertemuan orang banyak yang setelahnya saya sampai bertanya kepada diri sendiri. Ngapain tanya begitu? Yah, itulah cara Tuhan mempermalukan saya. To keep me humble.

Itu bukti bahwa semesta ini ada Sang Pengatur. Dia yang teliti menelisik kedalaman hati kita. Maha Teliti, sampai para malaikat pun tidak bisa membacanya. Tapi sebenarnya diri kita diberi perangkat nurani, dia yang mengingatkan kalau kita sedang ujub, dia yang berkata ketika kita agak berlebihan dan dusta, dia yang wanti-wanti agar sesuatu jangan diambil.

Nurani atau hati kecil itu sarana Tuhan berkata-kata kepada kita. Jika suaranya kerap kita abaikan bahkan dibungkam. Maka lama-lama ia akan padam dan orang itu akan berjalan dalam kegelapan. Tak ada tuntunan Ilahi. Merasa melakukan banyak hal tapi sebenarnya tidak ada apa-apanya. Merasa berjalan berpuluh kilometer padahal hanya berputar-putar di tempat. Dan baru ketika bangun dari tidur kelalaiannya - yaitu saat kematian menjelang dia tersadarkan akan semua kesalahannya. Menyesal di akhir tak ada guna. Jadi ngga apa-apa deh, mendingan ditegur sekarang saja. Mumpung masih ada nafas, taubat yuk...

No comments:

Post a Comment