Friday, May 20, 2022

 Understanding Grief and Loss

Seorang ayah baru saja bercerita kepada saya bagaimana bahagianya dia menjadi saksi dalam pernikahan putera sulungnya. Dia bercerita dengan mata yang berbinar-binar tentang kemeriahan acara pernikahan anaknya itu. Bagaimana pidato yang dia berikan bercampur antara tangis dan tawa. Sebagaimana layaknya pesta pernikahan di Barat, ayahanda dari si pengantin atau keluarganya memberikan sebuah pidato singkat menceritakan hal-hal yang menyentuh dari sekian lama interaksi mereka dalam sebuah keluarga.
"Tapi..." lanjutnya lagi
"Sehari setelah pesta pernikahan yang membahagiakan itu. Saya dan istri duduk merenung. Ketika semua kegembiraan itu usai, tiba-tiba kami dirundung oleh sebuah perasaan sedih. Sedih bahwa akhirnya kami menyadari bahwa sesuatu yang telah indah telah berakhir. And we just have to move on with that..."
***
Grief and loss, rasa duka cita dan kehilangan sesuatu adalah sisi lain kehidupan. Seperti siang dan malam. Seseorang tak akan terus merasakan kebahagiaan. Kadang ia harus menelan dukanya. Hidup itu tak mungin lapang terus. Suatu waktu akan ada kesempitan yang kadang demikian mencekik. Dan bayangan kemapanan itu kerap kali hanya sebuah ilusi, karena guncangan dalam hidup adalah sebuah hal yang menyehatkan jiwa jika kita memahaminya.
Itulah keindahan dipergantikannya fenomena siang dan malam, yang dengan itu planet bumi kita menjadi tempat yang nyaman untuk ditempati. Tidak terlalu kering karena terpapar terlalu lama oleh sinar matahari dan tak membeku karena tak mendapat kehangatan dari matahari. Dengannya pengenalan kita kepada kehidupan menjadi utuh.
Seperti teman saya seorang ayah di atas yang memaknai rasa sedihnya itu dengan sebuah komentar, "I guess that way i feel complete". What a reflection...
Alfathri Adlin, Tasna Ambu and 13 others

No comments:

Post a Comment