Salah satu ilusi yang paling banyak menggerus manusia adalah waham tentang kesuksesan. Seolah-olah parameter kesuksesan hanya diukur oleh pencapaian duniawi atau spiritual. Menurut waham orang banyak seseorang dikatakan sukses apabila punya jabatan yang tinggi, gelar akademik yang berjejer di belakang namanya, lulusan perguruan tinggi luar negeri, memiliki harta yang banyak, dsb. Juga ukuran kesuksesan di sisi spiritual dinilai dengan adanya pengikut yang banyak, dianggap berilmu tinggi, dipandang mempunyai kemampuan khusus dsb.
Demikian rupa sehingga kebanyakan manusia tergopoh-gopoh dalam ajang lomba mencari keunggulan di mata manusia, yang jika ditilik adalah suatu letupan hawa nafsu yang bermuara dari sifat tamak.
Padahal orang yang paling mulia di mata Allah adalah yang paling taqwa, yang paling menggenggam urusan yang merupakan amanah yang dikalungkan kepada diri masing-masing. Adapun manusia memang cenderung membeda-bedakan dengan membuat kotak-kotak derajat manusia, seolah pekerjaan yang satu lebih mulia dari pekerjaan yang lain, seolah urusan yang satu lebih bergengsi dibanding urusan yang lain, namun sesungguhnya kebanyakan manusia tidak menghukumi berdasarkan kebenaran, oleh karenanya tidak kokoh landasan mereka.
Singkat kata, orang yang masih tersibukkan dirinya dengan mencari ketenaran dan kemuliaan di mata manusia sesungguhnya belum paham dan belum punya kesadaran tentang persoalan mandat Ilahiyah yang ditanam di dalam qalb masing-masing jiwa. Sebaliknya orang yang sudah paham mengenai konsep misi hidup yang berlandaskan ketaqwaan dia akan teguh jalannya dan tidak goyah oleh cibiran atau pandangan rendah manusia, tidak malu dibilang miskin, bodoh atau kurang, karena ia hanya memedulikan penilaian dari Allah Ta'ala. Maka kuatkanlah tujuan masing-masing diri kita bekerja untuk Allah Ta'ala supaya tidak terseret dalam sesat pandang kebanyakan manusia.
(Adaptasi dari Kajian Kitab Al Hikam 19 Juni 2016 yang disampaikan oleh Kang Zam, mursyid penerus Thariqah Kadisiyah)
No comments:
Post a Comment