"Wahai Guru, mengapa kita dianjurkan untuk mengangkat tangan ke arah langit ketika berdoa?"
"Anakku yang budiman, pada awalnya tidak dikenal atas-bawah-kiri dan kanan. Arah-arah ini Dialah yang menciptakan dengan perantaraan penciptaan manusia. Karena manusia diciptakan memiliki kepala dan kaki, maka disebutlah nama atas bagi sesuatu yang mengiringi kepala dan nama bawah bagi sesuatu yang mengiringi kaki. Kemudian Allah ciptakan dua buah tangan bagi manusia, biasanya salah satu tangan lebih kuat dibandingkan tangan yang lain. Maka disebutlah nama kanan bagi tangan yang lebih kuat dan arah yang lain disebut kiri.
Jadi, pahamilah bahwa penamaan arah-arah itu adalah hal yang baru sesuai dengan gerakan yang dilakukan manusia. Seandainya manusia diciptakan dengan bentuk bulat seperti bola maka arah-arah itu tidak akan ada sama sekali.
Sedangkan Allah Ta' ala Dia Maha Tinggi dari segala penamaan, Ia meliputi segala sesuatu. Adalah manusia yang melabeli sesuatu sebagai baru, lama, lambat, cepat, baik, buruk, tinggi dan rendah. Namun pada hakikatnya semua yang mewujud di alam berasal dari sumber yang sama. Seperti halnya cahaya putih yang terurai menjadi warna pelangi setelah melalui sebuah prisma. Itu mengapa kita diajarkan untuk berupaya melihat kebaikan pada apapun yang sedang dan telah terjadi, yang kita anggap baik dan buruk sejatinya sebuah kebaikan semata yang datang dari pancaran sinar kasih-Nya.
Adapun mengangkat tangan ke langit ketika bermohon itu karena langit adalah kiblat do'a. Dan di dalamnya juga terdapat isyarat kepada kemuliaan dan ketinggian. Sungguh Dia itu Maha Tinggi di atas seluruh yang maujud."
(Adaptasi dari Ihya 'Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Al Ghazali)
No comments:
Post a Comment