"Wahai Guru, apa maksud hadits yang mengatakan "..Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kesturi." karena pada kenyataannya bau mulut orang yang sedang shaum - maaf kalau boleh jujur bahkan tidak bisa dikatakan wangi."
Sang Guru tersenyum sambil berkata, "Anakku yang Allah kasihi. Wangi yang muncul dari sumber wewangian apapun yang engkau anggap paling enak baunya di muka bumi ini adalah datang dari elemen yang terkandung di dalam bunga, minyak atau bibian tertentu. Wangi itu ada karena memang Allah Ta'ala membuatnya menjadi mengeluarkan wewangian yang sedap.
Adapun bau mulut yang tercipta dari nafas orang yang sedang puasa adalah spesial dan lebih mulia dalam pandangan Allah, karena orang yang puasa adalah hamba-Nya yang sedang belajar mengosongkan dirinya sendiri. Mereka berupaya menahan lapar dan haus juga aktivitas seksual dan gerakan dalam hati yang bisa merusak nilai puasa demi untuk-Nya. Jadi bau nafas orang yang puasa datang dari upaya sang hamba dalam tunduk berserah diri pada ketetapan-Nya di dalamnya ada nilai sebuah perjuangan yang Allah tentu sangat hargai, oleh karenanya Dia berfirman "Puasa adalah untukku, Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya".
Maka berbahagialah orang-orang yang berpuasa.
Dengan logika yang sama engkau bisa lihat anakku, betapa perbuatan yang kita lakukan untuk meraih ridho-Nya walaupun terlihat buruk di hadapan manusia akan tetapi bernilai tinggi di mata-Nya. Pesan lain yang terkandung dalam hadits ini juga adalah agar dirimu tidak dibuat takut oleh penilaian manusia dan tidak tergantung pada riuh rendah pujian atau cacian dari mereka. Karena seringkali yang mereka puji-puji belum tentu baik ataupun yang mereka cela belum tentu buruk di hadapan Allah."[]
No comments:
Post a Comment